Mata Air Keberagaman Budaya dan Identitas Manusia (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)
Ares Faujian--
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia merupakan cerminan nyata dari keberagaman budaya dan identitas manusia. Dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki kekayaan bahasa, adat istiadat, agama, hingga kepercayaan yang unik pada masyarakat tertentu.
Ihwal ini menciptakan sebuah mosaik diversitas yang menunjukkan betapa kaya dan beragamnya bangsa ini. Clifford Geertz (1973) sebagai antropolog mengatakan, “Keberagaman budaya bukan hanya menghias kehidupan kita, tetapi membentuk pemahaman kita tentang diri dan dunia di sekitar kita.” Keberagaman atau diversitas ini ialah khazanah yang tak ternilai, karena menjadi fondasi bagi kita untuk memahami dan memaknai identitas manusia yang ternyata tak sesederhana itu.
Diversitas kultural tidak hanya ada di Indonesia, namun ternyata juga ada di seluruh belahan dunia. Mulai suku Inuit dari kutub utara, hingga ada pula suku Maasai di benua Afrika, manusia telah ada dan berkembang dengan lingkungan yang berbeda-beda. Mereka membentuk identitas unik yang mendeskripsikan cara hidup, pola hidup, bahasa, dan nilai-nilai yang dipegang teguh.
Efek globalisasi membawa kita menjadi lebih dekat, namun mengungkapkan perbedaan yang selama ini tersembunyi. Sebuah kajian UNESCO (2001) mendeskripsikan betapa esensialnya diversitas budaya sebagai elemen penting dalam menjaga harmonisasi dunia. Studi ini menitik beratkan bahwa setiap perbedaan harus dihargai dan dilindungi. “Keberagaman kultural ialah warisan umum umat manusia” menurut UNESCO (2001) pada Universal Declaration on Cultural Diversity.
BACA JUGA:Kunjungan Paus Fransiskus dan 'Promosi' Bhinneka Tunggal Ika
Pada tahun 2024, penulis berkesempatan mengikuti program AFS Global STEM Educators, yang mana program ini melatih para peserta yang lulus seleksi tentang pentingnya memahami perbedaan kultural dan identitas, terutama dalam pembelajaran. Pengalaman berharga ini memperkaya pemahaman tentang urgennya pengajaran lintas budaya terutama di sekolah. Dalam hal ini, para peserta didik perlu diajarkan dan belajar untuk hidup serta bekerja di dunia yang semakin terkoneksi.
Pada program ini, kami juga diajarkan untuk melihat perbedaan sebagai peluang pembelajaran, bukan sebagai kendala berkepanjangan. Artinya, kita bisa melihat berbagai kondisi dan sudut pandang yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Sebagai contoh, pada sesi materi “Cultural and Identity” AFS Global STEM Educators ini memperlihatkan bagaimana setiap pendidik antarnegara saling berdialog, berkenalan, dan mengetahui budaya negara masing-masing. Kami diajarkan untuk saling maklum dengan perbedaan budaya, karena perihal ini lumrah. Kami diajarkan untuk saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Dalam kaitan pada pembahasan artikel ini, tujuan dari AFS Global STEM Educators 2024 adalah mengeksplorasi apa yang membuat seseorang berbeda dan bagaimana identitas individu itu saling terhubung. Dalam konteks ini, kami mengkaji berbagai faktor yang membentuk identitas seseorang, yaitu ras, etnis, agama, gender, hingga pengalaman hidup.
Program ini mendorong kami untuk melihat bagaimana budaya dan identitas ternyata tidak hanya membedakan kita, namun juga menyatukan kita melalui nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Michael Bamberg sebagai profesor psikologi dari Clark University yang meneliti tentang konstruksi identitas mengatakan bahwa identitas adalah jalinan antara yang pribadi dan sosial (Bamberg, 2010).
BACA JUGA:Peran Kemenkeu dalam Regional Chief Economist dan Financial Advisor
Tentang Budaya
Budaya atau kultur dapat diartikan sebagai cara dan pola hidup yang berkembang pada grup masyarakat, yang meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi, hingga menyampaikan nilai-nilai kultural yang ada di dalamnya. Edward T. Hall sebagai antropolog budaya mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem komunikasi yang diwariskan melalui simbol, dan mencakup aspek kognitif serta afektif dari masyarakat (Hall, 1959). Dalam konteks ini, budaya memiliki peran sebagai alat untuk membentuk perilaku dan perspektif manusia.
AFS (2024) pada video aplikasi Bridge mendefinisikan budaya sebagai pola-pola kepercayaan dan nilai-nilai yang dipelajari serta dibagikan dalam kelompok. Ihwal ini termasuk perilaku, kebiasaan sehari-hari, hingga interaksi antaranggota kelompok sosial. Budaya ialah kerangka yang membantu kita memahami siapa kita dan bagaimana kita berhubungan dengan dunia yang lebih luas. Memahami perbedaan budaya memiliki arti memahami keragaman cara manusia memandang dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.
Koentjaraningrat sebagai antropolog Indonesia mendeskripsikan ada 7 unsur budaya. Dilansir dari web resmi Kompas (Rina Kastori, 2023), ketujuh unsur budaya menurut Koentjaraningrat ini yaitu, sistem peralatan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, religi dan bahasa.