Mata Air Keberagaman Budaya dan Identitas Manusia (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)
Ares Faujian--
Metafora pada ilustrasi "bunga" ini bisa menjadi alat pembelajaran yang efektif di sekolah. Pendidik bisa memanfaatkan metafora ini untuk membantu murid memahami keragaman di antara mereka. Alhasil, ini akan mewujudkan lingkungan belajar yang empatik dan toleran terhadap perbedaan-perbedaan.
Contohnya pada mata pelajaran Sosiologi atau PKn, guru bisa meminta peserta didik untuk menggambarkan "bunga identitas" mereka, yang mencakup aspek-aspek seperti jenis kelamin, bahasa, suku, hobi, hingga agama. Dari hal ini, guru dapat berelaborasi bersama peserta didik, sehingga mereka bisa memahami bahwa setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda namun setara.
Kesadaran diri terhadap budaya dan identitas sangat esensial dalam menjawab tantangan global. Program AFS Global STEM Educators menekankan bahwa dengan memahami budaya dan identitas seseorang, kita bisa memahami serta memaknai cara kita mengalami dunia. Termasuk bagaimana seseorang atau suatu kelompok dilihat berdasarkan perspektif orang lain. Identitas bukan hanya tentang apa yang kita lihat, tetapi juga apa yang kita rasakan. Michael Bamberg mengungkapkan bahwa identitas individu dibentuk melalui interaksi antara pengalaman pribadi dan konteks sosial di sekitarnya, yang terus berkembang (Bamberg, 2010).
Di Indonesia bahkan di beberapa negara lainnya, ada banyak contoh di mana perbedaan identitas memengaruhi penerimaan seseorang dalam pekerjaan atau komunitas. Diskriminasi dan intimidasi berdasarkan etnis, agama, atau gender masih menjadi problematika serta tantangan besar yang harus diselesaikan. Hal ini pun memperlihatkan betapa pentingnya pemahaman lintas budaya dan identitas. Sebagai contoh, beberapa profesi tertentu masih kerap mendiskriminasi perempuan atau minoritas etnis dalam perekrutannya. Perihal ini menunjukkan bahwa identitas memainkan peran penting dalam interaksi sosial, ekonomi, bahkan dunia profesional.
BACA JUGA:Melihat Transisi Energi di China Bagian Timur
Keberagaman budaya dan identitas manusia adalah mata air yang tak pernah kering. Mereka mengalirkan kebijaksanaan dan pemahaman bagi kita yang mau menggali lebih dalam dan belajar memanusiakan manusia. Penulis berharap tulisan ini bisa menjadi wawasan dan dapat menginspirasi pembaca untuk melihat perbedaan sebagai kekayaan, dan menyadari bahwa kita tidak bisa memilih identitas atau budaya kita sebelum lahir, namun kita dapat memilih bagaimana meresponsnya dengan bijak.
*) Ares Faujian
(AFS Global STEM Educator dan Juara Nasional Guru Dedikatif & Inovatif Kemdikbudristek RI)