Rupiah Sempat Sentuh Level Rp17.000 per Dollar AS, Ini 7 Faktor yang Mempengaruhinya

Rupiah yang sempat tembus Rp17.000 per Dolar AS--freepik

BELITONGEKSPRES.COM - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir kembali menjadi sorotan. Kali ini, rupiah menghadapi tekanan yang cukup berat, bahkan sempat menyentuh level di atas Rp17.000 per dolar AS di pasar non-deliverable forward (NDF). Bukan sekadar angka, lonjakan ini merefleksikan kompleksitas yang terjadi di balik dinamika ekonomi global dan domestik.

Pelemahan rupiah tidak terjadi dalam ruang hampa. Ia dipengaruhi oleh berbagai kekuatan besar baik dari luar maupun dalam negeri. 

Di tingkat global, munculnya kebijakan proteksionis dari AS, khususnya tarif impor baru, serta ketegangan geopolitik yang belum mereda di Timur Tengah dan Ukraina, menjadi katalis utama terciptanya ketidakpastian pasar. 

Dalam kondisi seperti ini, investor global cenderung mencari perlindungan dalam bentuk aset aman seperti dolar AS, yang secara langsung menekan mata uang negara berkembang seperti Indonesia.

BACA JUGA:Menko Zulhas: Harga Pangan Naik karena Permintaan, Segera Stabil Usai LebaranBACA JUGA:Waspada Penipuan! Pupuk Bersubsidi Tak Dijual Online, Hanya untuk Petani Terdaftar

Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) tentu tidak tinggal diam. Sejumlah kebijakan moneter telah digulirkan untuk menjaga stabilitas. 

Mulai dari intervensi pasar valuta asing, menjaga inflasi tetap terkendali, hingga membangun komunikasi strategis dengan pelaku pasar global. 

Namun, di tengah ketidakpastian yang begitu cair, respons pasar seringkali tidak sepenuhnya dapat diprediksi.

Tujuh Faktor Kunci: Apa Saja yang Memengaruhi Rupiah?

Untuk memahami lebih dalam, berikut ini tujuh faktor utama yang memengaruhi nilai tukar rupiah dan dampaknya terhadap ekonomi nasional:

1. Kebijakan Tarif AS

Ketika AS memberlakukan tarif impor baru, negara-negara mitra dagangnya terimbas, termasuk Indonesia. Efek domino dari ketegangan dagang ini bisa menurunkan minat investor pada negara berkembang.

2. Kekuatan Ekonomi AS

Rilis data tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang solid di AS membuat dolar semakin menarik bagi investor global. Dampaknya, aliran modal keluar dari negara berkembang pun meningkat.

BACA JUGA:KKP Tambah Daftar Eksportir ke Korea, 660 UPI Kini Siap Pasok Pasar Global

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan