Dari Kemudi ke Cangkul, Menanam Harapan di Ladang Cabai

Sejumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani Mitra Bersama dengan pak Tommy Taasora saat melakukan panen cabai untuk kesekian kalinya, di Manado-Nancy L Tigauw-ANTARA
Tommy Taasora (45) dulu menghabiskan hari-harinya di belakang kemudi, mengantarkan oli dari gudang distributor ke bengkel-bengkel di berbagai pelosok daerah.
Setiap pagi, ia berangkat sebelum matahari terbit, menyusuri jalan berdebu dengan mobil penuh galon oli. Gajinya memang cukup untuk hidup sederhana, tetapi ia tahu, itu bukan pekerjaan yang bisa ia jalani selamanya.
Suatu hari, di tengah perjalanan, mobilnya mogok di jalanan desa Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut) yang dikelilingi ladang hijau. Ia turun, melihat seorang petani tengah memanen cabai merah menyala.
Tommy yang penasaran bertanya, "Berapa banyak yang bisa didapat dari satu ladang seperti ini?" Petani itu tertawa, "Kalau cuaca bagus dan perawatan baik, panen sekali saja bisa lebih dari cukup buat hidup nyaman," kata sang petani.
"Kalimat petani itu terus terngiang di kepala saya. Selama ini saya bekerja keras, tapi hasilnya terasa pas-pasan. Sementara para petani di desa saya, termasuk ibu saya sendiri, hidup layak dari tanah yang mereka olah dengan tangan mereka sendiri," kata Tommy menceritakan awal ketertarikannya berladang cabai.
BACA JUGA:Kelalaian Keamanan Siber, Ancaman bagi Keamanan Nasional
Suatu malam, saat makan bersama ibunya, Tommy memberanikan diri bertanya.
"Saya tanya ke Ibu: 'Bu, menurut Ibu, kalau saya bertani, kira-kira bisa berhasil tidak?' Ibu tersenyum dan berkata: 'Tom, tanah itu tidak pernah ingkar janji. Kalau kau rawat dengan baik, dia pasti membalasnya. Bertani itu bukan cuma kerja keras, tapi juga ilmu dan kesabaran.," kata Tommy.
Tommy akhirnya mengambil keputusan besar. Ia berhenti dari pekerjaannya sebagai sopir dan mulai belajar bertani dari ibunya.
Di awal, semuanya terasa sulit. Ia harus bangun lebih pagi dari biasanya, belajar mengenali jenis tanah, memahami cara menanam, merawat, hingga menangani hama.
Namun, semakin ia mendalami, semakin ia menyadari bahwa bertani bukan sekadar mencangkul dan menyiram, ada strategi di dalamnya.
Tommy memilih cabai sebagai tanaman utamanya karena permintaan akan komoditas ini selalu tinggi. "Harganya cenderung stabil, dan jika dikelola dengan baik, bisa memberikan keuntungan besar."
BACA JUGA:Mengatasi Konflik dengan Kebijakan Ekonomi
Suami dari Novita Kapong ini mulai menanam cabai di lahan kecil milik keluarganya, mencoba berbagai teknik baru yang ia pelajari dari internet dan para petani berpengalaman.