Kelalaian Keamanan Siber, Ancaman bagi Keamanan Nasional

Ilustrasi - Pencurian data oleh pelaku phising-Pexels-ANTARA/HO

Dunia digital berkembang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, membawa serta peluang dan kerentanan. Pemerintah, bisnis, dan institusi semakin bergantung hiper-konektifitas untuk mengelola data sensitif, infrastruktur penting, dan sistem pertahanan.

Namun, ketergantungan ini telah menciptakan lahan subur bagi penjahat mayantara dan aktor negara yang bermusuhan untuk mengeksploitasi kerentanan.

Statistik terbaru mengungkapkan peningkatan serangan siber yang mengkhawatirkan. Menurut laporan tahun 2023 oleh Cybersecurity Ventures, biaya kejahatan mayantara global diperkirakan akan mencapai 10,5 triliun dolar AS (Rp158 kuadriliun) per tahun pada tahun 2025, naik dari 3 triliun dolar AS pada tahun 2015.

Namun, terlepas dari peringatan ini, kelalaian keamanan siber tetap merajalela. Organisasi sering gagal memperbarui perangkat lunak, menerapkan langkah-langkah keamanan dasar, atau melatih karyawan untuk mengenali penipuan phishing, membiarkan pintu terbuka lebar bagi penyerang.

BACA JUGA:Mengatasi Konflik dengan Kebijakan Ekonomi

Kelalaian keamanan siber dapat terjadi dalam berbagai bentuk, di antaranya sistem yang ketinggalan zaman. Sistem lama yang tidak lagi didukung oleh pembaruan atau tambalan adalah target utama peretas.

Kata sandi lemah. Meskipun peringatan berulang kali, banyak organisasi masih mengandalkan kata sandi yang lemah atau default, sehingga memudahkan penyerang untuk mendapatkan akses yang tidak sah.

Kurangnya pelatihan karyawan. Kesalahan manusia tetap menjadi salah satu penyebab utama pelanggaran data. Karyawan yang tidak dilatih untuk mengenali email phishing atau mengikuti protokol keamanan secara tidak sengaja menjadi pendukung serangan siber.

Kurangnya pemahaman tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan (GRC). Hal ini dapat berdampak serius, terutama dalam proses pengadaan barang, perangkat, dan teknologi.

Untuk mencegah risiko ini, penting bagi organisasi untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat memiliki pengetahuan yang memadai tentang GRC, serta menerapkan prosedur dan kebijakan yang jelas guna meminimalkan potensi ancaman keamanan.

BACA JUGA:Momentum Nuzulul Qur’an: Refleksi Perbaikan Ekonomi Umat

Kegagalan untuk memantau dan merespons. Banyak organisasi tidak memiliki sumber daya atau keahlian untuk memantau jaringan mereka untuk aktivitas yang mencurigakan, sehingga pelanggaran tidak terdeteksi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Pemantauan dan pengawasan yang tampaknya kecil ini dapat menyebabkan konsekuensi yang menghancurkan. Satu kata sandi yang disusupi atau kerentanan yang tidak ditambal (patch) dapat memberi penyerang pintu belakang ke sistem penting, yang berpotensi mengganggu seluruh jaringan atau membocorkan data keamanan nasional yang sensitif.

Implikasi

Kelalaian keamanan siber tidak lagi hanya masalah organisasi, namun menjadi masalah keamanan nasional dan kedaulatan negara. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan beberapa skenario terburuk.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan