Dari Kemudi ke Cangkul, Menanam Harapan di Ladang Cabai

Sejumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani Mitra Bersama dengan pak Tommy Taasora saat melakukan panen cabai untuk kesekian kalinya, di Manado-Nancy L Tigauw-ANTARA
Hari demi hari berlalu, dan tunas-tunas hijau mulai muncul di ladangnya. Harapan kembali tumbuh. Tommy bahkan mulai bereksperimen dengan varietas cabai yang lebih tahan terhadap kondisi ekstrem.
Beberapa bulan kemudian, ladang yang dulu hancur kembali hijau dan penuh dengan buah cabai merah menyala hingga ladang Tommy mampu memproduksi cabai rawit dan cabai kriting hingga ribuan kilogram. Tommy tidak hanya berhasil bangkit, tetapi hasil panennya lebih baik dari sebelumnya.
BACA JUGA:Menjawab Tantangan Pascadefisit APBN Awal 2025
Kisah Tommy menginspirasi banyak petani di desanya. Ia mulai membagikan ilmunya kepada yang lain, membantu mereka memahami bagaimana menghadapi bencana alam tanpa kehilangan semangat.
Membakar semangat petani
Setelah sukses menjadi petani cabai, Tommy Taasora mulai memahami bahwa harga cabai di Sulawesi Utara bisa naik turun drastis. Setiap kali pasokan berkurang, harga melambung tinggi, dan masyarakat yang paling merasakan dampaknya.
Biaya produksi semakin tinggi, hasil panen tak selalu stabil, dan cuaca yang sulit diprediksi membuat banyak petani kesulitan menjaga produksi. Harga cabai pun sering bergejolak, menyebabkan inflasi yang memberatkan masyarakat.
Tommy tidak ingin hanya menjadi petani biasa, ia ingin menjadi bagian dari solusi. Ia berpikir jika produksi stabil dan pasokan cukup, harga bisa dikendalikan.
"Di tengah situasi ini, harapan datang dari sebuah program yang digagas oleh Bank Indonesia (BI). Dari program ini, saya mendapat banyak hal," kata Tommy.
BACA JUGA:Refleksi 23 Tahun Pokja Wartawan Belitung: Peran Strategis Jurnalis di Era Informasi
Program dari BI yang dimaksud Tommy adalah program bantuan untuk petani cabai untuk memastikan produksi cabai tetap stabil dan berkesinambungan. Dipilihnya petani cabai sebagai sasaran karena komoditas ini adalah salah satu penyumbang utama inflasi di Manado dan di daerah-daerah lain.
Menurut Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulut Andry Prasmuko, pemerintah sadar bahwa inflasi cabai harus dikendalikan dari akarnya yakni meningkatkan produksi secara berkesinambungan
"Oleh karena itu, BI menyediakan berbagai sarana produksi pertanian, termasuk bibit unggul, pupuk, mulsa, dan alat pengendali hama " katanya.
Tak hanya itu, BI juga memberikan bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan), seperti cultivator untuk mengolah tanah lebih cepat, sprayer untuk penyemprotan hama, dan alkon atau mesin pompa air untuk mengatasi masalah kekeringan saat musim panas tiba.
Bantuan BI itu datang seperti jawaban atas doa Tommy yang berharap produksi cabai yang lebih baik dan pasokan yang lebih stabil.
Setelah mendapatkan bantuan, Tommy dan para petani.lain mulai bergerak lebih cepat. Dengan bibit unggul dan pupuk yang cukup, tanaman cabai tumbuh lebih sehat dan lebih tahan terhadap cuaca ekstrem.