OJK Tekankan Keterlibatan CISO untuk Melindungi Bank dari Ancaman Siber

Ilustrasi - Nasabah menunjukkan fitur yang tersedia di dalam aplikasi mobile banking-Bank Mandiri-ANTARA/HO

BELITONGEKSPRES.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya keterlibatan aktif chief information security officer (CISO) dalam sektor perbankan untuk menjaga keamanan infrastruktur teknologi informasi dari ancaman siber yang kian meningkat.

Ancaman ini tidak hanya dapat mengganggu operasional bank, tetapi juga berpotensi merusak reputasi industri perbankan dan mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional.

“CISO berperan krusial dalam menjamin keamanan operasional bisnis serta menerapkan langkah-langkah pencegahan terhadap Infrastruktur Informasi Vital (IIV) di setiap bank,” ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae di Jakarta.

Dengan meningkatnya digitalisasi, Dian mengingatkan bahwa risiko insiden siber di perbankan Indonesia semakin signifikan. Salah satu ancaman utama adalah serangan peretas yang berusaha mencuri data sensitif dan membobol rekening nasabah.

BACA JUGA:Adopsi iOS 18 Capai 68 Persen, Apple Fokus pada Teknologi AI Generatif

BACA JUGA:Tingkatkan Kapasitas Penerbangan, Garuda Indonesia Tambah 1 Armada Narrow Body

OJK telah menerbitkan berbagai ketentuan terkait penyelenggaraan teknologi informasi, ketahanan, dan keamanan siber, seperti POJK Nomor 11/POJK.03/2022 dan SEOJK Nomor 29/SEOJK.03/2022. Ketentuan ini bertujuan untuk memperkuat tata kelola TI di bank dan memitigasi risiko, termasuk perlindungan sistem elektronik dari serangan siber.

Namun, perbankan juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan memulihkan diri setelah insiden siber, serta meningkatkan kematangan penyelenggaraan TI.

Dian menambahkan bahwa OJK dan Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan regulasi yang harus diimplementasikan secara menyeluruh oleh pelaku usaha sektor keuangan, termasuk perbankan. Mereka juga membentuk Tim Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan (TTIS SK) untuk menangani insiden siber dan melindungi data sensitif.

“Tidak ada satu institusi pun yang mampu menghadapi tantangan siber ini sendiri. Kolaborasi antara pelaku usaha sektor keuangan, otoritas, dan pihak terkait lainnya sangat penting,” kata Dian, menekankan perlunya sinergi dalam menciptakan ekosistem keamanan siber yang kuat melalui berbagi informasi dan praktik terbaik.

Ia juga menekankan bahwa adopsi teknologi terbaru harus dilakukan secara kolektif untuk meningkatkan perlindungan sistem dan data di sektor perbankan dan keuangan secara keseluruhan.  (antara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan