Kepala BGN: 1.009 Dapur MBG Habiskan Rp 8-10 Triliun per Tahun, 85 Persen untuk Bahan Baku

Sejumlah siswa Sekolah Dasar menerima menu Makan Bergizi Gratis (MBG) khusus bulan Ramadhan di SDN 15 Slipi, Jakarta, Senin (10/3/2025)-Hanung Hambara-Jawa Pos

BELITONGEKSPRES.COM - Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) tengah menjalankan langkah besar dalam membangun fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang Indonesia. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa saat ini telah terbentuk 1.009 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di 38 provinsi, sebagai garda depan dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat, khususnya anak-anak.

Setiap satuan pelayanan menerima dana sebesar Rp 8-10 miliar per tahun. Dengan total 1.009 unit, investasi pemerintah untuk program ini diperkirakan mencapai Rp 8-10 triliun setiap tahunnya. Menariknya, sekitar 85 persen dari dana tersebut digunakan untuk pembelian bahan baku pangan, dan 95 persen bahan baku tersebut bersumber langsung dari sektor pertanian dalam negeri.

"Ini menciptakan efek ganda, tidak hanya menyasar perbaikan gizi anak, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal melalui permintaan tinggi atas produk pertanian," ujar Dadan dalam Sarasehan Ekonomi bersama Presiden RI Prabowo Subianto, Selasa 8 April di Jakarta.

Hingga Maret 2025, sebanyak tiga juta anak di seluruh Indonesia telah menjadi penerima manfaat dari program ini. Penyaluran dilakukan bertahap: dimulai dari 570 ribu anak di 26 provinsi pada Januari, kemudian menjangkau 2,2 juta anak di 38 provinsi pada Februari, hingga menjelang Lebaran Maret lalu telah tersebar di seluruh 1.009 unit SPPG.

BACA JUGA:Usai Diperiksa Irjen Kemendagri, Bupati Indramayu Lucky Hakim Menghadap Wamendagri

BACA JUGA:Imigrasi Layani Hampir 10.000 Pemohon Paspor di Seluruh Indonesia, Hari Pertama Masuk Pasca Libur

Program ini bukan sekadar agenda kesehatan, melainkan strategi jangka panjang Presiden Prabowo untuk menyiapkan generasi emas menyongsong tahun 2045. Presiden menilai pemenuhan gizi sebagai bentuk investasi SDM paling krusial yang dapat menentukan kualitas daya saing bangsa ke depan.

“Presiden melihat ini sebagai strategi kebangsaan. Kita harus menyiapkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan kuat secara ekonomi, karena penduduk Indonesia masih bertumbuh signifikan 6 orang per menit, atau 3 juta jiwa per tahun, dan akan mencapai 324 juta pada 2045,” jelas Dadan.

Kekhawatiran Presiden Prabowo berakar pada fakta bahwa banyak anak Indonesia lahir dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan dan hanya menempuh pendidikan sembilan tahun. Dengan rata-rata pendapatan keluarga di bawah Rp 1 juta, risiko malnutrisi menjadi nyata dan berbahaya bagi masa depan bangsa.

“Oleh karena itu, Presiden mendorong investasi besar-besaran dalam pemenuhan gizi. Ini adalah langkah nyata menjadikan SDM sebagai aset strategis bangsa. Bukan sekadar menyehatkan, tapi memerdekakan anak-anak Indonesia dari siklus kemiskinan,” tutup Dadan. (jawapos)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan