Ekonom: Tarif Baru AS Berpotensi Memperlambat Ekonomi Indonesia
Foto drone menunjukkan tampilan luar PT Indonesia BTR New Energy Material (PT BTR) di Kawasan Industri Kendal di provinsi Jawa Tengah, Indonesia, 7 Agustus 2024-Xinhua/Xu Qin-ANTARA
BELITONGEKSPRES.COM - Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tarif impor terhadap produk-produk dari Indonesia berpotensi menekan ekspor, melemahkan rupiah, dan mengguncang pasar saham. Para ekonom menilai kebijakan ini akan membawa tantangan besar bagi perekonomian Indonesia.
Menurut Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), kenaikan tarif sebesar 32 persen akan menghambat arus ekspor Indonesia ke AS dan bisa berdampak pada pengiriman ke pasar lain. Sektor otomotif, elektronik, pakaian, dan tekstil diperkirakan menjadi yang paling terdampak.
Lukman Leong, analis dari Doo Financial Futures, menambahkan bahwa nilai tukar rupiah kini berada di bawah tekanan berat akibat kebijakan ini. Dengan Indonesia termasuk dalam daftar negara yang dikenakan tarif timbal balik tertinggi, stabilitas rupiah semakin terancam.
Leong juga menyoroti ketidakpastian di pasar keuangan global setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya. Untuk mengatasi tekanan terhadap rupiah, ia menyarankan agar Bank Indonesia segera melakukan intervensi guna menjaga kestabilan mata uang.
BACA JUGA:Ekonom Prediksi Dampak Berat Tarif Impor AS Terhadap RI, Ini Solusi yang Disarankan
BACA JUGA:RI Siapkan 5 Jurus Hadapi Tarif Impor AS, Apa Langkahnya?
Sementara itu, Wijayanto Samirin, ekonom Universitas Paramadina, memperingatkan bahwa tarif impor ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan mencapai 5 persen. Ia juga menyoroti potensi gejolak di pasar saham, terutama pada emiten yang bergantung pada ekspor.
Dampak kebijakan perdagangan AS ini menjadi ujian bagi Indonesia dalam menjaga daya saing ekspor, kestabilan nilai tukar, serta ketahanan pasar modal di tengah ketidakpastian global. (antara)