Mentan Amran Optimistis Indonesia Mampu Surplus Beras Hingga 12 Juta Ton

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman-Ahmad Rifqi Badruzzaman-Beritasatu.com

BELITONGEKSPRES.COM - Dari perspektif kebijakan strategis nasional, Indonesia tengah menapaki fase penting dalam perjalanan menuju kedaulatan pangan. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyuarakan optimisme bahwa Indonesia akan mampu mencatat surplus beras hingga 12 juta ton. 

Lebih jauh, negeri ini diproyeksikan siap melangkah menjadi eksportir beras global dalam waktu dekat—sebuah lompatan yang selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

Data terbaru menunjukkan bahwa stok beras di gudang Perum Bulog telah mencapai 2,4 juta ton dan diperkirakan menembus angka 3 juta ton pada akhir April 2025. 

Angka ini tidak hanya mencerminkan kecukupan logistik nasional, tetapi juga merupakan indikator kuat atas meningkatnya efektivitas berbagai program produksi, seperti optimalisasi lahan (oplah), pencetakan sawah baru, pembangunan infrastruktur pertanian, dan penyediaan pupuk secara lebih masif dan terjangkau.

BACA JUGA:Tanpa Kuota Impor, Peluang Usaha Dinilai Makin Terbuka dan Kompetitif

BACA JUGA:Dukung Hunian Layak dan Terjangkau: Pemerintah Siapkan 20.000 Rumah Bersubsidi untuk Buruh

Salah satu elemen kunci yang menciptakan suasana kondusif di sektor pertanian adalah kebijakan harga beli gabah. Pemerintah mematok harga gabah semua kualitas di angka Rp6.500 per kilogram, termasuk gabah berkadar air tinggi kebijakan yang dianggap menjadi dorongan kuat bagi petani untuk mempercepat masa tanam dan meningkatkan hasil produksi.

Secara statistik, serapan gabah oleh Bulog hingga 10 April 2025 mencapai 840.000 ton setara beras—lonjakan signifikan sebesar 2.000% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai perbandingan, dalam lima tahun terakhir, total serapan gabah oleh Bulog hanya mencapai 1 juta ton per tahun. Kini, dalam kurun waktu hanya tiga bulan, hampir menyentuh angka tersebut.

Program cetak sawah juga menjadi tulang punggung strategi jangka panjang. Pemerintah menargetkan perluasan sawah hingga 3 juta hektare. Dengan skema tanam dua kali setahun dan asumsi produktivitas 10 ton per hektare, potensi panen bisa mencapai 30 juta ton. Bahkan jika hanya 50% dari target ini yang terealisasi, Indonesia tetap berada di jalur surplus beras yang besar.

Namun, Menteri Pertanian mengingatkan adanya tantangan non-teknis yang harus diwaspadai. Dalam pandangannya, keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras bisa memicu ketidaknyamanan di level global, mengingat Indonesia selama ini menjadi pasar besar bagi komoditas pangan impor.

“Bayangkan, dua tahun kita impor 4 juta ton beras. Jika dikalikan harga Rp10.000 per kilogram, itu setara Rp40 triliun uang yang keluar. Sekarang kita berpotensi membalik keadaan itu,” ujarnya.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, terdapat empat prioritas utama yang menopang arah pembangunan sektor pangan: swasembada, pangan bergizi, biofuel, dan hilirisasi. Kementerian Pertanian telah merespons dengan langkah cepat melalui reformasi regulasi dan percepatan program di lapangan.

Amran juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan komando terpadu di bawah kepemimpinan Presiden. Menurutnya, hanya pendekatan holistik yang mampu merealisasikan transformasi besar di sektor pertanian.

Dengan posisi geografis yang memungkinkan produksi sepanjang tahun berbeda dari negara empat musim Indonesia memiliki peluang unik untuk menjadikan sektor pertanian sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi dan diplomasi pangan. Jika berbagai program berjalan sesuai jalur, bukan mustahil Indonesia akan berdiri sejajar dengan negara-negara eksportir utama dunia dalam komoditas beras. (beritasatu)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan