BI Siapkan Strategi Stabilkan Rupiah di Tengah Tekanan Global
Ilustrasi: Bank Indonesia-Nurul Fitriana-JawaPos.com
BELITONGEKSPRES.COM - Ketika pasar keuangan global kembali diguncang oleh ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia Amerika Serikat dan Tiongkok Bank Indonesia (BI) langsung mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi stabilitas ekonomi nasional, khususnya menjaga nilai tukar Rupiah.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Senin 7 April, BI menyusun strategi pertahanan menyusul kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan AS pada 2 April dan direspons dengan retaliasi oleh Tiongkok dua hari setelahnya. Ketegangan tersebut menciptakan efek domino berupa capital outflow dan depresiasi mata uang di berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Pasar global langsung merespons. Tekanan terhadap Rupiah mulai terasa di pasar offshore, terutama melalui instrumen Non Deliverable Forward (NDF), bahkan ketika pasar domestik tengah libur Idulfitri," ujar Ramdan Denny Prakoso, Kepala Departemen Komunikasi BI, dalam keterangan resmi.
Tak tinggal diam, BI langsung melakukan intervensi berkelanjutan di pasar NDF kawasan Asia, Eropa, dan New York guna meredam tekanan. Intervensi ini dirancang sebagai benteng pertama menjaga nilai tukar di tengah absennya aktivitas domestik akibat libur panjang.
BACA JUGA:Rupiah Sempat Sentuh Level Rp17.000 per Dollar AS, Ini 7 Faktor yang Mempengaruhinya
BACA JUGA:Menko Zulhas: Harga Pangan Naik karena Permintaan, Segera Stabil Usai Lebaran
Setelah pasar dalam negeri kembali beroperasi pada 8 April 2025, BI akan memperkuat pertahanannya dengan intervensi ganda: transaksi di pasar spot dan Domestic NDF, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Langkah ini tak hanya menjaga nilai tukar, tetapi juga menciptakan sentimen positif di kalangan investor.
Lebih jauh, optimalisasi pengelolaan likuiditas Rupiah juga menjadi fokus BI untuk memastikan kebutuhan pasar uang dan sektor perbankan tetap terpenuhi, menjaga sistem keuangan tetap likuid dan stabil.
"Langkah-langkah ini bukan hanya reaktif, tapi juga proaktif untuk menjaga kepercayaan investor dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan global," tegas Ramdan. (jawapos)