Dibully Netizen Karena Gendut, Lisa Mariana Kunci Kolom Komentar di Konten Terbaru Instagramnya

BELITONGEKSPRES.COM - Selebgram Lisa Mariana tengah menjadi sorotan publik, bukan hanya karena dugaan keterlibatannya dalam isu pribadi dengan seorang tokoh politik, tetapi juga karena perubahan fisiknya yang belakangan ini menjadi bahan perbincangan di media sosial.

Berdasarkan unggahan di akun Instagram pribadinya dalam beberapa hari terakhir, Lisa tampak mengalami perubahan bentuk tubuh yang lebih berisi dibandingkan penampilannya terdahulu. Hal ini dianggap berbeda dengan citra tubuh ideal yang selama ini kerap ia tampilkan di linimasa Instagram.

Perubahan tersebut memicu reaksi beragam dari warganet. Sayangnya, sebagian besar komentar yang masuk cenderung bernada negatif dan menjurus pada body shaming. 

Sebagai respons atas serangan tersebut, Lisa Mariana memutuskan untuk menutup kolom komentar pada sejumlah unggahan terbarunya, termasuk dalam sebuah video promosi produk perawatan rambut.

BACA JUGA:Muncul dengan Penampilan Baru, Lisa Mariana Kena Body Shaming, Ini Tanggapannya

BACA JUGA:Mengungkap Alasan Ridwan Kamil Tanggung Biaya Persalinan Lisa Mariana

Meskipun demikian, pada unggahan lainnya, Lisa masih membagikan foto-foto dirinya dalam sesi pemotretan dengan busana dalam, yang kemungkinan merupakan dokumentasi lama. Ia pun merespons sejumlah pertanyaan dari pengikutnya melalui keterangan foto, salah satunya menuliskan, 

“Koq photo lama mulu ka? iyaaa nunggu kurus lagi baru photoshoot hhh”. Kata Lisa dalam caption fotonya.

Unggahan tersebut memperoleh lebih dari 9.900 tanda suka dan hampir 3.500 komentar, sebagian besar di antaranya mengandung kritik tajam dan komentar yang bernada perundungan atau bullying.

Dalam pernyataan sebelumnya, Lisa Mariana menjelaskan bahwa perubahan fisiknya merupakan dampak alami pasca proses persalinan yang ia jalani. Pernyataan ini sekaligus menjadi bentuk klarifikasi atas berbagai spekulasi terkait penampilannya.

Fenomena yang dialami Lisa Mariana mencerminkan masih kuatnya standar penampilan yang sempit di ruang digital serta kurangnya empati publik terhadap kondisi tubuh perempuan, terutama setelah menjalani pengalaman biologis seperti kehamilan dan persalinan. (jawapos)