Kopi Unik Gunung Ciremai, Cita Rasa Nusantara Mendunia

Rabu 30 Oct 2024 - 23:01 WIB
Oleh: Fathnur Rohman

Selain itu, liberika Kuningan yang memiliki aroma buah nangka dan cita rasa fruity, kini mulai dicari oleh pecinta kopi.

APEKI Kuningan terus bereksperimen dengan berbagai metode pengolahan, dari fullwash hingga fermentasi.

Beberapa sampel biji kopi yang diolah secara natural, bahkan berhasil memikat hati konsumen internasional. Hal ini menunjukkan komoditas asal Kuningan memiliki daya tarik lebih.

Secara ekonomi, kopi Kuningan menawarkan peluang besar bagi petani. Harga liberika, contohnya, saat ini bisa mencapai Rp200 ribu per kilogram.

Pemberdayaan

Pandemi COVID-19 membatasi ruang gerak dan menghimpit ekonomi di Desa Karangsari, Kuningan.

Di tengah situasi sulit itulah, Dadan bersama sekelompok petani kopi menanam mimpi baru lewat pembentukan koperasi bernama Destana Coffee.

Berbekal tekad, mereka mulai belajar dari nol, mengolah kopi meski dengan peralatan seadanya.

Perjalanan Destana Coffee berubah ketika Kantor Perwakilan (KPw) BI Cirebon hadir pada akhir 2021. BI, sebagai representasi negara, bukan sekadar datang, tetapi turut membimbing kelembagaan, memberi pelatihan dari tanam hingga pascapanen, bahkan mendukung promosi yang merambah ke loka pasar digital.

Langkah mereka semakin mantap. Nama koperasi itu kian melambung, dan pada 2022, BI kembali menyalurkan bantuan untuk memperkuat rantai hilir. Bantuan itu disalurkan dua kali, dengan total mencapai Rp500 juta.

Dengan dukungan tersebut, kini rumah produksi koperasi itu bisa berdiri di atas lahan 40 bata, lengkap dengan tiga unit panel surya yang merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian.

Dengan panel surya juga, penjemuran biji kopi bisa lebih cepat, dari awalnya 7 hari menjadi 4 hari saja.

Setiap bulan, koperasi itu mampu menghasilkan omzet hingga Rp20 juta di puncak penjualannya.

BACA JUGA:Mengukir Kemandirian Energi Bersih di 'Telur Emas' Bali

Koperasi yang menaungi mereka pun berdiri kokoh, dengan 30 petani yang menggarap kebun kopi seluas 15-20 hektare. Melalui koperasi, proses bagi hasil lebih jelas, legalitas pun terjamin.

Hal senada disampaikan Dede Rokhanda, perangkat Desa Karangsari, yang menilai pemberdayaan ekonomi berbasis kopi telah menjadi motor penggerak kesejahteraan bagi warga.

Dalam setiap tahapan, mulai dari pemetikan, pengupasan, penjemuran, hingga penyortiran biji kopi, koperasi ini berfokus pada tenaga kerja lokal.

Kategori :