Banyak ibu rumah tangga setempat yang terlibat dalam penyortiran, diberi upah sebesar Rp2.000 per kilogram untuk biji kopi yang telah dipilah.
Proses ini memberi penghasilan tambahan bagi keluarga, sekaligus mempererat keterlibatan masyarakat dalam ekonomi desa.
Pemerintah Desa Karangsari berencana mengembangkan kawasan "Pasir Batang" sebagai wisata edukasi kopi.
Daya tariknya adalah latar perkebunan kopi warisan Belanda. Wisata ini pun menawarkan pengalaman langsung kepada pengunjung untuk melihat dan mempelajari proses kopi dari kebun hingga siap seduh di cangkir.
Kolaborasi
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan melaporkan total produksi kopi di daerahnya tembus di angka 496,88 ton pada 2023.
Mayoritas produksi kopi di Kuningan berasal dari jenis robusta, dengan total mencapai 471,66 ton. Sementara itu, kopi arabika menyusul dengan angka 25,22 ton.
Kepala Diskatan Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah mengungkapkan sekitar 55 persen dari total produksi kopi robusta diserap oleh kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat, seperti Ciamis dan Garut.
BACA JUGA:Asa Pekerja Migran RI di Malaysia dari Kabinet Merah Putih
Dengan kualitas yang baik, kopi robusta Kuningan berpotensi untuk diekspor. Bahkan, beberapa petani menjadi pemasok bagi eksportir ke negara lain, seperti Amerika dan Turki.
Pihaknya memprioritaskan pengembangan area tanam kopi, sehingga produksinya meningkat pada akhir 2024.
Diskatan juga menggandeng BI Cirebon, guna memperkuat jenama kopi khas Gunung Ciremai melalui label IG.
Tahun ini, BI telah melakukan survei yang meliputi sembilan lokasi, dengan tiga titik di Majalengka dan enam di Kuningan.
Hasilnya menunjukkan potensi produksi kopi di kedua daerah itu sangat tinggi, berkat kondisi geografis yang mendukung pertumbuhan pohon kopi.
Terdapat juga lahan kurang produktif di Desa Bantaragung dan Desa Payung, Kabupaten Majalengka, yang bisa dimanfaatkan untuk penanaman kopi.
Khusus di Majalengka, pemda setempat memfasilitasi petani untuk mendapatkan bantuan berupa benih kopi gratis. Distribusi bibit, baik jenis arabika maupun robusta, sudah dimulai sejak 2023.
Pemkab Majalengka memperkirakan produksi kopi mencapai 60-70 ton per tahun, terutama dari wilayah potensial, seperti Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma dan Argapura.