Makan Bergizi Gratis Harapan Baru bagi Anak Indonesia
Seorang siswa menyantap makanan saat uji coba program Makan Bergizi Gratis di SDN Sukasari 5, Kota Tangerang, Banten, Kamis (1/8/2024). -SULTHONY HASANUDDIN-ANTARA FOTO
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia dijadwalkan bergulir mulai 2 Januari 2025. Pada tahap awal, program ini akan berlangsung selama 3 bulan dengan menyasar 3 juta penerima manfaat dan dialokasikan anggaran sebesar Rp71 triliun dari APBN.
Setelah 3 bulan pertama, kuota penerima manfaat direncanakan akan ditambah untuk tahap berikutnya hingga mencapai target 82,9 juta jiwa.
Setiap anak akan menerima makanan bergizi gratis satu kali sehari dengan nilai Rp15 ribu per siswa. Pembagian makanan dilakukan dalam tiga jadwal berbeda sesuai jenjang pendidikan.
Untuk siswa SMP dan SMA, makanan dibagikan pukul 12.00, siswa kelas 3 hingga 6 SD menerima makanan pada pukul 09.30, sedangkan siswa PAUD hingga kelas 2 SD mendapat makanan setiap pukul 08.00.
Meski alokasi anggaran APBN yang dialokasikan Rp15 ribu per anak, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana memastikan implementasi di lapangan akan bersifat fleksibel, bergantung pada kebutuhan dan pemahaman masing-masing daerah.
BACA JUGA:Berharap Performa Sirekap Makin Siap, Demi Transparansi Tak Menguap
Mirip seperti di Brasil, jika ada daerah yang menghabiskan anggaran lebih sedikit, sisa anggaran tersebut akan dialihkan ke daerah lain yang membutuhkan dana tambahan, terutama yang menghadapi harga bahan baku lebih tinggi.
Anggaran tersebut tidak digunakan untuk membeli paket makanan jadi, melainkan untuk membeli bahan baku yang akan dimasak di lokasi dengan melibatkan peran masyarakat maupun usaha katering lokal. Setiap menu akan memiliki perhitungan tersendiri, termasuk ongkos tenaga kerja yang memasak makanan tersebut.
Badan Gizi Nasional juga menempatkan seorang ahli gizi di setiap kantor layanan MBG yang bertanggung jawab memastikan komposisi nutrisi sesuai dengan standar gizi nasional.
Badan Gizi Nasional pun telah menetapkan bahwa badan usaha milik desa (BUMDes) dan koperasi menjadi pemasok bahan pangan MBG. Lalu mereka juga akan membentuk 86 unit satuan pelayanan gizi (SPG).
SP itu akan menyebar ke seluruh desa dan kelurahan dengan skala pelayanan yakni 1 banding 3 ribu jiwa atau 1 satuan pelayanan gizi melayani 3 ribu jiwa yang di dalamnya yang mencakup siswa dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA, ibu hamil dan menyusui, serta balita.
BACA JUGA:Menjadi Guru Ala Sunan Drajat
Sebagai penutup, program MBG di Indonesia dirancang untuk mengatasi krisis gizi dan ketahanan pangan dengan belajar dari keberhasilan program serupa di sejumlah negara.
Dengan alokasi anggaran yang signifikan dan dukungan dari komunitas lokal, program ini dirancang mampu meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan masa depan generasi muda Indonesia secara berkelanjutan. (ant)
Oleh: Andi Firdaus