Pabrikan Tiongkok BYD Dominasi Pasar EV Global, Geser Tesla 2 Kuartal Berturut
Ilustrasi teknologi BYD-byd.com-ANTARA
BELITOGNEKSPRES.COM - Pabrikan otomotif asal Tiongkok BYD, terus memperkokoh dominasinya di industri kendaraan listrik global. Selama dua kuartal berturut-turut, BYD mempertahankan posisinya sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di dunia, mengungguli Tesla dalam jumlah pengiriman unit.
Menurut data terbaru dari Counterpoint Research yang dikutip Carnewschina, strategi ekspansi agresif dan inovasi teknologi BYD berhasil menggoyahkan dominasi Tesla yang telah lama bercokol di puncak industri EV.
Pada kuartal I 2025, BYD mencatatkan pengiriman 416.388 unit kendaraan listrik berbasis baterai (BEV), melampaui Tesla yang hanya mengirimkan 336.681 unit. Keunggulan ini melanjutkan tren dari kuartal IV 2024, di mana BYD mengirimkan 595.413 unit dibandingkan dengan 495.570 unit milik Tesla.
Meski Tesla sempat unggul dalam total penjualan tahunan 2024 dengan 1.789.226 unit dibandingkan BYD yang mencatatkan 1.764.992 unit, tren pertumbuhan menunjukkan bahwa BYD berpotensi menyalip Tesla secara global pada 2025.
BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Strategi Hadapi Tarif Resiprokal AS 32 Persen
BACA JUGA:Pemerintah Diminta Segera Antisipasi Dampak Tarif Baru AS terhadap Ekspor Indonesia
Counterpoint Research memperkirakan BYD akan menjadi merek kendaraan listrik berbasis baterai terbesar di dunia tahun ini dengan pangsa pasar 15,7 persen.
Keberhasilan BYD bukan hanya didorong oleh volume produksi, tetapi juga oleh keunggulan teknologinya. Perusahaan ini baru-baru ini meluncurkan sistem pengisian daya ultra-cepat dengan arsitektur kelistrikan 1.000V, baterai berkapasitas pengisian 10C, chip daya silikon karbida, dan teknologi Blade Battery.
Dengan sistem ini, kendaraan BYD dapat menempuh jarak 400 km hanya dengan pengisian daya selama 5 menit, jauh melampaui Supercharger Tesla yang hanya menambah sekitar 275 km dalam 10 menit.
"Terobosan ini menjadi standar baru di industri dan menghilangkan kekhawatiran konsumen terhadap waktu pengisian daya, yang berpotensi mempercepat adopsi EV secara global," ujar Analis Riset Counterpoint, Abhik Mukherjee.
Sementara BYD terus berkembang, Tesla menghadapi berbagai tantangan. Posisi politik kontroversial CEO Elon Musk memicu reaksi negatif dari konsumen di pasar utama seperti AS dan Eropa. Selain itu, ketegangan geopolitik, termasuk sengketa dagang AS-Tiongkok dan peningkatan tarif pada komponen EV asal Tiongkok, turut menghambat rantai pasokan Tesla.
BACA JUGA:Ekonom: Tarif Baru AS Berpotensi Memperlambat Ekonomi Indonesia
BACA JUGA:Ekonom Prediksi Dampak Berat Tarif Impor AS Terhadap RI, Ini Solusi yang Disarankan
"Elon Musk telah menciptakan hambatan bagi Tesla sendiri. Jika tren ini terus berlanjut, ini bisa menjadi titik balik bagi BYD dan dominasi kendaraan listrik Tiongkok secara global," kata Associate Director Counterpoint, Liz Lee.