Indonesia Emas yang Hijau dan Adil
ALEXANDER IRWAN--
Upaya mewujudkan Indonesia Emas bisa jadi akan dipakai sebagai legitimasi untuk meningkatkan laju deforestasi untuk perluasan perkebunan, food estate yang bersifat monokultur, dan pertambangan (terutama bahan-bahan mineral untuk menopang industri baterai kendaraan listrik). Bahkan penebangan hutan untuk membuka lahan bagi produksi renewable energies seperti tenaga matahari yang memerlukan lahan yang luas.
Masih banyak kajian yang harus dilakukan untuk melihat kemungkinan pencapaian Indonesia Emas. Tapi, karena potensi ancaman peningkatan deforestasi di masa yang akan datang, sementara Indonesia sendiri menggalakkan mitigasi perubahan iklim, penting bagi kita saat ini melakukan tindakan preventif pada tataran narasi, yaitu bahwa Indonesia Emas harus hijau.
Sebetulnya narasi hijau saja tidak cukup. Narasi hijau harus disertai dengan narasi adil, yaitu pertumbuhan ekonomi hijau juga harus mempunyai nuansa keadilan buat komunitas. Yaitu melindungi hak-hak mereka, meningkatkan kesejahteraan, dan menurunkan tingkat ketimpangan. Sebab, UUD 45 menyatakan bahwa ”Bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”.
Narasi Indonesia Emas yang hijau dan adil akan mendorong kita untuk melakukan kajian-kajian dan pembelajaran-pembelajaran tentang potensi sumbangan kegiatan usaha yang hijau dan adil terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 20 tahun ke depan. Perlu diperhatikan, semakin banyak perusahaan dan pemerintah dari negara-negara maju yang hanya mau membeli barang-barang yang produksinya dilakukan dengan memenuhi standar dan kriteria environment, social and governance (ESG). Semakin hijau sebuah produk, semakin mudah untuk menemukan pasar di negara-negara maju.
Narasi Indonesia Emas yang hijau dan adil ini diharapkan juga akan mendorong kita untuk melakukan kajian-kajian tentang potensi-potensi lainnya yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Misalnya pemberantasan korupsi. Siapa tahu nanti akan ada kajian yang menunjukkan bahwa tanpa korupsi, perekonomian Indonesia akan bisa tumbuh lebih dari kisaran 5% per tahun. Narasi yang perlu didorong adalah Indonesia Emas yang hijau, adil, dan bersih, bukan narasi Indonesia Emas yang semu. (*)
*) ALEXANDER IRWAN, Sosiolog dan Direktur Regional Ford Foundation di Indonesia