Kemerdekaan dan 'Framing' Sejarah NU di Era Digital

Lambang bendera NU. (Istimewa)--

Pelurusan sejarah

BACA JUGA:Bersatu Mencegah Krisis Pangan

Untuk merespons "framing" itu, PBNU telah memerintahkan kepada lembaga pendidikan Ma'arif dan Rabithah Ma'ahid Al Islamiyah atau asosiasi pesantren-pesantren, untuk meneliti menyeluruh terhadap laporan penyimpangan narasi tentang sejarah berdirinya NU.

Agaknya, era digital memang memungkinkan munculnya "framing" atau pembelokan atas sejarah terhadap fakta-fakta pembentukan NU di Kertopaten Gang 3, Surabaya, yang tersebar dalam situs wiki dan video yang menyebut bahwa NU lahir karena seorang habaib.

Dalam situs wiki dan video itu ada kisah bahwa KH Hasyim Asy'ari sempat bingung, lalu pergi ke Masjidil Haram untuk istikharah dan menemui KH Mahfudz At-Termas serta KH Ahmad Nahrowi. Keduanya memerintahkan kembali ke Jawa dan menemui dua orang yang jika keduanya mengiyakan, maka jalan terus, yakni Habib Hasyim bin Umar Pekalongan dan Syaikhona Kiai Kholil, Bangkalan.

Tanpa bermaksud menyoal keberadaan habib, karena memang ada habib yang berjasa (misalnya, Habib Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf yang berikhtiar mendamaikan perseteruan RA dan Al-Irsyad pada 1916), maka Gus Ainur Rofiq Al-Amien, dari Pesantren Tambakberas, Jombang, Jatim, berusaha "meluruskan" data yang tak berbasis bukti akurat itu dalam akun FB-nya (FB berbasis data sejarah).

BACA JUGA:Kedaulatan Jadi Syarat Wujudkan Ketahanan Pangan

Gus Ainur mengutip buku yang ditulis KH Abdul Karim Hasyim (putra KH Hasyim Ay'ari) pada tahun 1949 bahwa ayahnya pergi ke Makkah bersama istrinya tahun 1892, lalu istrinya hamil dan melahirkan anaknya di Makkah, tapi istri dan anaknya meninggal di Tanah Suci, lalu KH Hasyim Asy'ari kembali ke Indonesia.

Selang setahun, KH Hasyim Asy'ari balik lagi ke Makkah pada tahun 1893 hingga 7 tahun dan akhirnya kembali ke Indonesia. Jadi, belum ada data KH Hasyim Asy'ari ke Makkah setelah tahun 1900, apalagi menjelang berdirinya NU (1926), lalu putra habaib tentang video kepergian KH Hasyim Asy'ari ke Makkah itu tahun berapa?

Pertanyaan lain, KH Mahfud Termas itu wafat tahun 1920, padahal NU berdiri tahun 1926. Artinya, KH Hasyim Asy'ari itu "bingung" selama 6 tahun lebih (1920-1926), padahal salah satu pengurus pertama NU KH Abdul Halim Leumunding, dalam bukunya bahwa KH Hasyim Asy'ari itu "berpikir" selama 3 tahun hingga memutuskan kelahiran NU.

"Mas Dzul Halim (Abdul Halim), sebelum NU berdiri, saya kasihan kepada Kiai Abdul Wahab yang ditendang sana-sini, mau membentuk (organisasi) tidak dapat izin. Tiga tahun itulah, saya memikirkan, barulah sekarang terdapat jalan," kata KH Abdul Halim, dikutip Gus Ainur Rofiq.

BACA JUGA:Mengurai Jerat Judi 'Online' yang Memelaratkan

Istilah "bingung" (putra habaib) atau "berpikir" (KH Abdul Halim) itu lebih bisa diterima bila mengacu Kisah KH Cholil Bangkalan (wafat 1925) yang mengutus KH As'ad Syamsul Arifin, yang hal itu mendekati berdirinya NU (1926), dan kisah KH As'ad itu juga logis bila digabungkan dengan Kisah KH Zainuddin Nganjuk (Buku Tambakberas).

Selain itu, pernyataan Kiai Cholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy'ari, yakni "Putusanku sama dengan Bib Hasyim" juga patut dipertanyakan, karena KH Hasyim Asy'ari memang pernah mondok ke Kiai Cholil Bangkalan, tapi belum ada data sejarah kalau KH Hasyim Asy'ari pernah mondok di Habib Hasyim Pekalongan.

Oleh karena itu diksi "ridho" dari Habib Hasyim dan posisi sentral Habib Hasyim yang didatangi lebih dulu, sebelum Kiai Cholil Bangkalan, adalah data yang tidak pasti. Apalagi, putra habib bilang kalau kisah di atas dilarang untuk ditulis, tapi mengapa sekarang sampai ke masyarakat?

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan