Mengurai Jerat Judi 'Online' yang Memelaratkan

Ilustrasi - Refleksi tampilan gawai saat warga melihat iklan judi online di Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa/am.--

Teknologi internet, dengan segala kemudahannya, membawa dampak positif dan negatif yang signifikan dalam kehidupan manusia. Salah satu sisi gelap dari kemajuan ini adalah maraknya judi online atau daring.

Kemudahan teknologi internet mendekatkan banyak hal, seperti mendekatkan penjual pembeli lewat lokapasar atau marketplace untuk belanja daring dan order makanan lewat aplikasi super. Kemudahan itu juga merambah ke dunia hitam seperti judi.

Kini, masyarakat dengan mudahnya belanja dengan sekali sentuh lewat layar ponsel cerdas. Pun begitu, judi dengan entengnya dilakukan lewat daring melalui gawai yang tersambung internet.

Singkat kata, judi semakin mudah diakses karena hampir setiap orang bisa online lewat telepon genggamnya masing-masing.

BACA JUGA:Fengshui, Ilmiah atau Takhayul?

Fenomena judi online terus memakan korban dari berbagai latar belakang. Iming-iming iklan judi online adalah keuntungan maksimal dengan usaha minimal, sampai kecanduan mengundi nasib tanpa henti.

Pertaruhan harta lewat judi di masyarakat sejatinya bukan persoalan baru atau sudah kerap diketahui ada sejak masa lalu. Hanya saja terjadi perkembangan dan kini merambah dunia digital menjadi judi online.

Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Bagus Riyono menyatakan judi memiliki karakteristik yang mengasyikkan. Harapan dan ekspektasi muncul dari keasyikan mempertaruhkan hartanya lewat aplikasi judi daring.

Saat seseorang berjudi, hormon dopamin yang dilepaskan membuat perasaan menjadi senang. Meskipun kalah, mereka tetap merasa asyik. Rugi judi seharusnya membuat jera tetapi malah makin penasaran.

Banyak yang berharap besar dan berekspektasi tinggi, tetapi kenyataan tidak sesuai harapan, akhirnya terjadi kasus bunuh diri akibat terjerat judi.

BACA JUGA:Peran Otonomi Daerah dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Teori Gambler's Fallacy (Kesalahan Penjudi) menyebut pejudi percaya pada perhitungan yang tidak valid atau tidak sesuai kenyataan. Kepercayaan ini membuat mereka terus ketagihan bermain.

Tidak sedikit mereka terlilit utang dan mengalami gangguan psikologis serius akibat judi daring. Beberapa kasus merugikan orang lain hingga tragis terjadi di Indonesia.

"Banyak orang miskin berjudi dengan harapan menang besar. Namun, probabilitas menang dalam judi sangat kecil, 1 banding 2 juta, itu pun jika bandar tidak curang. Inilah yang membuat pejudi terjebak dan berakhir buruk, bahkan hingga bunuh diri," kata Bagus.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan