Membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Tujuan Diplomasi China
Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang dalam acara Open House Kedubes China di Jakarta, Rabu (27/9/2023). (ANTARA/Cindy Frishanti)--
BACA JUGA:Secercah Harapan Napi Nusakambangan atas Kesuksesan Pemilu 2024
Ini berbeda dengan mentalitas usang beberapa negara yang melakukan konfrontasi dan aliansi. Ini bukan jalan usang negara yang melakukan penjajahan dan hegemoni ketika menjadi lebih kuat, juga bukan jalan buntu dalam mencari perdamaian melalui kompromi dan belas kasihan dan diintimidasi oleh negara lain, melainkan jalan yang benar menuju perkembangan damai.
Bangsa China selalu mendukung perdamaian dunia dan sejahtera bersama, dan ini sejalan dengan konsep Konferensi Asia-Afrika yang diadakan lebih dari 60 tahun lalu di Bandung.
China tidak pernah mengutamakan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan negara lain, dan tidak berminat memainkan Zero-sum game. China tidak pernah menginvasi atau menjarah negara lain, tidak pernah menjajah dan menindas bangsa lain selama tumbuh menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.
Inisiatif "Sabuk dan Jalan (BRI)", Inisiatif Pembangunan Global (GDI), Inisiatif Keamanan Global (GSI), dan Inisiatif Peradaban Global (GCI) yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping mendapat dukungan luas dari masyarakat internasional, dan Tiongkok menyambut semua negara untuk bersama-sama membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia.
BACA JUGA:India kian radikal dan jauhi sekularisme?
BACA JUGA:Investasi gizi pada anak selamatkan masa depan bangsa
China menyerukan dunia multipolar yang setara dan teratur. Presiden Joko Widodo pernah menyatakan di KTT G20 Bali bahwa perdamaian dan stabilitas adalah syarat penting bagi perkembangan global dan regional.
Sebagai negara berkembang yang besar, China dan Indonesia mempunyai tujuan yang sama. Bagaimana menjaga perdamaian dan stabilitas serta melindungi perkembangan normal setiap orang, setiap perusahaan, dan setiap negara?
Solusi dari China adalah dengan mendorong dunia multipolar yang setara dan teratur, yaitu semua negara, berapa pun ukurannya, diperlakukan setara, hegemonisme dan politik kekuasaan ditolak, dan demokrasi dalam hubungan internasional diusung.
Semua negara harus mematuhi tujuan dan Piagam PBB, dan prinsip-prinsip dasar hubungan internasional yang diakui secara umum, serta mempraktikkan multilateralisme yang sejati.
China menyerukan globalisasi ekonomi yang bermanfaat secara universal dan inklusif. Hal ini sangat penting bagi kawasan Asia-Pasifik yang penuh dengan vitalitas dan potensi ekonomi terbesar.
Globalisasi ekonomi yang bermanfaat secara universal dan inklusif adalah menentang segala bentuk unilateralisme, proteksionisme, serta decoupling dan gangguan rantai pasokan, dengan tegas mendorong liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi, dan mendorong globalisasi ekonomi lebih terbuka, inklusif dan seimbang.
BACA JUGA:Perjuangan Guru di Bondowoso Merayu Siswanya Kembali ke Sekolah
BACA JUGA:Merayakan perbedaan Pada Pemilu 2024