Mengatasi Fenomena Boros Pangan
Pelanggan memilih bahan makanan di pasar swalayan. -Fauzan-ANTARA
BACA JUGA:Garuda dan Gaung Indonesia di Tanah Genghis Khan Mongolia
Program ini bertujuan untuk mengurangi pemborosan makanan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh mereka yang membutuhkan, alih-alih berakhir di tempat pembuangan sampah.
"Memang kalau di food retailer itu kami harus mengikuti peraturan pemerintah untuk metode pemajangan. Jadi, setiap produk makanan yang mendekati masa expiry date-nya itu tidak boleh lagi dipajang. Padahal sebenarnya masih ada gap waktu seminggu, 2 minggu, sebulan atau bahkan 3 bulan. Ini yang berisiko akan menjadi sampah makanan,” kata Department Head of Corporate Communication and sustainability PT Lion Super Indo, Yuvlinda.
Untuk memastikan makanan-makanan tersebut tidak terbuang percuma, supermarket pun memanfaatkan jaringan dengan sebuah organisasi sosial yang membantu mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat sejak 2015 tersebut.
“Setelah produk kami tarik kembali, kemudian Foodbank of Indonesia akan menjemput dan mengaudit produk-produk tersebut. Kami memberikan gratis (tanpa charge),” terang Yuvlinda kepada ANTARA.
Setelah diterima oleh Foodbank of Indonesia, maka produk benar-benar diverifikasi kelayakan lalu diolah menjadi hidangan dan menyalurkannya kepada keluarga pra-sejahtera.
BACA JUGA:Bahaya Tersembunyi di Balik Revolusi Kecerdasan Buatan
“Kami sudah menyalurkan lebih dari 3.300 ton makanan kepada ibu hamil, ibu menyusui, PAUD, dan masyarakat pra-sejahtera yang telah kami petakan,” kata Hendro Utomo, pendiri Foodbank of Indonesia.
Produk-produk tersebut diperolehnya dari beberapa industri yang menyumbangkan secara sukarela dengan kriteria beberapa bulan mendekati masa kedaluwarsa atau produk berlabel cacat namun masih sangat layak konsumsi.
"Barang itu, misalnya, labelnya cacat sedikit itu disumbangkan kepada kami. Lalu ada juga roti, misalnya, yang hari ini tidak terjual, besoknya kami ambil kemudian kami bagikan kepada kelompok rentan,” ujar Hendro kepada ANTARA.
Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nita Yulianis kepada ANTARA mengungkapkan kolaborasi di berbagai lintas sektor semakin diperlukan agar dapat menciptakan budaya konsumsi yang lebih bijaksana.
Indonesia dinilai sangat berkomitmen untuk melakukan ini sehingga pihaknya bermitra dengan berbagai pihak termasuk PAUD agar memahami pentingnya penyelamatan pangan sejak dini.
BACA JUGA:Femisida dan Impunitas, Tantangan Perlindungan Perempuan
Edukasi stop boros pangan sejak dini
Sebagai bagian dari gerakan ini, Putri Indonesia 2024, Harashta Haifa Zahra, juga mulai berperan aktif dalam menyebarkan pesan penting tentang pengelolaan makanan yang bijaksana. Sebagai pemengaruh, Harashta mengunjungi berbagai sekolah untuk mengedukasi anak-anak tentang pentingnya mengurangi pemborosan makanan dan cara-cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan makanan.
“Saya membuat platform ini untuk menggaungkan mengenai stop boros pangan. seperti tadi anak-anak sekolah internasional di sini yang kerap membawa bekal makan siang supaya mereka menghabiskan makanannya,” kata Putri Indonesia asal Jawa Barat tersebut.