Akhir Perang Ukraina Dalam Kendali Donald Trump

Minggu 15 Dec 2024 - 22:34 WIB
Oleh: Jafar M Sidik

JAKARTA - Perang Ukraina sepertinya bakal berakhir begitu Amerika Serikat dipimpin kembali oleh Donald Trump yang akan dilantik pada 20 Januari 2025.

Baik Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy maupun Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengisyaratkan kesediaan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 34 bulan itu.

Saat berbicara dalam forum Valdai Discussion Club di Sochi pada 7 November 2024, Putin menyatakan terbuka pada prakarsa mengakhiri konflik di Ukraina, hanya jika Ukraina dan Barat menunjukkan komitmen jelas untuk resolusi konflik.

Putin juga menegaskan tak akan mundur dari Ukraina timur karena terlampau penting secara strategis dan kultural bagi Rusia, apalagi Ukraina sudah menjadi harga dirinya mengingat belum lama ini dia tertampar di Suriah karena tak bisa melindungi sekutunya tetap di kursi kekuasaan.

Di lain pihak, Zelenskyy tak lagi bersikukuh pada posisinya di Ukraina timur dan Krimea, yang ia sebut bisa didapatkan lagi dengan cara diplomatik suatu saat nanti.

Dalam wawancara dengan Sky News pada 30 November 2024, Zelenskyy menyatakan bersedia mengesampingkan dulu wilayah-wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia.

BACA JUGA:'Membangun di Lahan Basah', Sebuah Cerita dari Pesisir Utara Jakarta

Tapi dia mengajukan syarat bahwa Ukraina harus diizinkan masuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan meminta keamanan wilayah-wilayah Ukraina yang tidak diduduki Rusia, dipayungi oleh NATO.

Perubahan sikap Zelenskyy itu tak mengejutkan, jika dikaitkan dengan perubahan politik di AS dengan naiknya lagi Trump.

Trump sendiri berulang kali menyatakan akan mengakhiri perang Ukraina yang kalau perlu disertai dengan rencana kontroversial seperti disinggung pasangannya, JD Vance, yang meminta Ukraina merelakan wilayah-wilayahnya yang diduduki Rusia.

Pertanyaannya, konsesi apa yang dijanjikan AS kepada Ukraina jika bersedia melepaskan wilayah-wilayahnya itu kepada Rusia?

Konsesi menjadi penting karena selain tak akan mundur dari daerah-daerah Ukraina yang didudukinya dan tak menghendaki Ukraina masuk NATO, Putin juga merasa lebih kuat karena sanksi internasional terkait perang di Ukraina ternyata tak bisa merontokkan kekuasaannya.

Realitas ini menjadi tantangan berat yang dihadapi Trump, apalagi dia juga harus menghadapi opini publik di AS.

Jajak pendapat Pew Research Center pada 17 November 2024 menunjukkan 50 persen warga AS menginginkan negaranya tetap membantu Ukraina.

Jika berdasarkan spektrum pemilih Republik dan Demokrat, 36 persen pemilih Republik menginginkan AS tetap membantu Ukraina. Pada pemilih Demokrat angka itu jauh lebih besar, mencapai 65 persen.

Kategori :