Tragedi Kotak Kosong di Bangka Belitung

Usmandie Andeska, wartawan senior yang tinggal di Jakarta-Istimewa-

Pengurus partai seakan punya hak penuh untuk “menjual” partai dengan harga ratusan juta per kursi di DPRD. Mereka hanya membuka peluang bagi yang sanggup membayar kursi dan membeli partainya untuk menjadi pemimpin daerah; gubernur, bupati dan wali kota.

Kita tahu, terjadinya perlawanan dengan Koko, karena ada pihak memborong semua kursi partai, sehingga tidak memberi kesempatan calon lain yang dikehendaki rakyat. Di Pangkalpinang contohnya, jauh sebelumnya masyarsakat sudah mendengungkan tidak setuju dengan Molen yang konon tidak ada prestasinya, dicalonkan kembali.  

BACA JUGA:Pilkada Babel 2024: Real Count Internal, Erzaldi Klaim Selisih 0,5 Persen dengan Hidayat

Mereka  menghendaki putra putri Pangkalpinang yang terbaik untuk memimpin Pangkalpinang periode 2024-2029. Sempat muncul nama Sopian, Ratmida Dawam, dan lain-lain yang akan maju ikut berkontestasi.

Tapi itu tadi, keinginan publik Pangkalpinang tidak tersampaikan karena diganjal pengurus partai yang mengkomersilkan partainya dengan harga tinggi, kisaran Rp 250 juta - Rp 300 juta per kursi di DPRD. Sangat terlalu memang. Mereka lupa yang membesarkan partainya  hingga memiliki kursi di DPRD adalah rakyat. 

Sebelumnya, penulis sudah pernah mengkritik para pengurus partai yang mengabaikan aspirasi rakyat ini. Sebagai pendiri provinsi Bangka Belitung, sangat tidak ikhlas demokrasi di provinsi Babel dirusak dengan kerakusan pengurus partai yang baru belajar berpolitik. Dan kini partai kena batunya, tidak dipilih masyarakat.  

Koko tidak harus mengeluarkan duit untuk membeli suara rakyat. Tapi karena tingkat kesadaran masyarakat berpolitik yang jauh lebih tinggi ketimbang pengurus partai, maka Koko menang. Calon yang memborong partai terjerembab dalam lumpur, sementara pengurus partai pesta pora, di tengah kehancuran calonnya.

BACA JUGA:Isyak Meirobie Menerima Apapun Hasil Pilkada Belitung 2024, Minta Maaf dan Ikhlas

Sungguh peristiwa memangnya Koko di Bangka Belitung menjadi sejarah baru berpolitikan di Negeri Serumpun Sebalai. Dan ini merupakan titik awal dari pengembangan demokrasi sesuai cita cita para pendiri provinsi yang ingin mewujudkan Bangka Belitung menjadi pilot proyek berpolitik bebas dari money politik. Bebas dari kecurangan dan hasutan berupa janji-janji kosong, tanpa memiliki kemampuan mengimplementasikannya.

Selamat Koko, kami Tim Bedepeng akan selalu bersamamu, menciptakan iklim demokrasi yang bersih dengan figur jujur, bersih dan amanah yang mampu membangun kampong.  Sukses untuk Tim Koko, semoga ini menjadi amal jariah yang akan ikut meringankan beban kami para pendiri provinsi Babel, bila besok ditanya malaikat karena kesengsaraan rakyatnya, setelah kampongnya menjadi provinsi sendiri.

*) Usmandie Andeska, wartawan senior yang tinggal di Jakarta

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan