Peran Gen Z di Pilkada Belitung 2024: Dari Teknologi ke Etika Digital
Nayla Shyfa, Mahasiswi Fakultas Hukum Undip-Ist-
PEMILIHAN kepala daerah (Pilkada) serentak 2024 di Kabupten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menjadi momen penting bagi masa depan masyarakat daerah ini.
Tiga pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan bertarung di Pilkada serentak 2024 ini adalah Djoni Alamsyah-Syamsir (Djoss), Isyak Meirobie-Masdar Nawawi (IM) dan MZ Hendra Caya-Syilpana (BerHASYL).
Dalam situasi politik ini, peran Generasi Z (Gen Z) sangatlah vital, terutama dalam memanfaatkan kemajuan teknologi secara kritis. Teknologi tidak hanya memberikan kemudahan akses informasi, tetapi juga memberi peluang besar bagi Gen Z untuk berpartisipasi dalam proses politik secara lebih aktif.
Namun, dalam memanfaatkan teknologi ini, Gen Z harus tetap memperhatikan etika digital, terutama dalam berkampanye, berdiskusi dan mengajak pemilih lain untuk menggunakan hak suara secara bijak. Bagaimana mereka bisa melakukannya? Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil oleh anak muda, khususnya Gen Z, dalam Pilkada 2024 ini.
BACA JUGA:Indonesia Membangun Warisan Energi Bersih
1. Memanfaatkan Teknologi untuk Mengakses Informasi secara Kritis
Teknologi digital menawarkan akses yang mudah terhadap informasi politik. Melalui media sosial seperti Instagram, Tiktok, X, dan YouTube, Gen Z dapat dengan cepat mendapatkan informasi terbaru mengenai ketiga pasangan calon, program kerja mereka, dan visi-misi yang diusung. Namun, informasi yang melimpah ini sering kali datang dengan masalah hoaks atau informasi yang tidak valid. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk tidak hanya menerima informasi secara mentah-mentah, tetapi juga melakukan verifikasi dan analisis kritis.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan Gen Z untuk menyaring informasi adalah dengan cek sumber informasi. Pastikan bahwa informasi yang diperoleh berasal dari sumber yang kredibel seperti portal berita resmi atau akun media sosial calon yang diverifikasi. Kemudian, gunakan platform fact-checking. Gunakan situs-situs seperti CekFakta dan TurnBackHoax dapat digunakan untuk memverifikasi klaim yang beredar.
Tak kalah penting perbandingan visi-misi masing-masing pasangan calon. Dengan menggunakan aplikasi seperti Google Drive atau Notion, Gen Z bisa menyimpan dan membandingkan program kerja dari ketiga pasangan calon secara terstruktur. Dengan demikian, memudahkan dalam memilih pasangan calon yang paling sesuai dengan harapan mereka.
2. Diskusi Politik yang Konstruktif dan Beretika di Media Sosial
Gen Z sangat aktif dalam berdiskusi di berbagai platform digital. Media sosial seperti Twitter Spaces dan Instagram Live memungkinkan mereka untuk berdiskusi secara real-time mengenai isu-isu politik. Namun, diskusi politik yang dilakukan harus tetap menjaga etika digital agar tidak merusak suasana demokrasi yang sehat. Berikut adalah beberapa etika yang perlu diperhatikan dalam berdiskusi politik.
Pertama, hindari ujaran kebencian dan adu domba. Perdebatan politik sering kali memanas, tetapi penting untuk selalu menghindari menggunakan kata-kata kasar atau menyebarkan kebencian terhadap salah satu pasangan calon. Hal ini bisa merusak suasana kampanye dan menyebabkan perpecahan di masyarakat.
BACA JUGA:Papua Tanah 'Kesayangan' Jokowi
Kedua, bangun dialog yang berbasis argumen. Ketika berdiskusi, gunakan fakta dan data yang valid sebagai dasar argumen, bukan sekadar emosi atau opini yang tidak didukung oleh bukti.