UMKM Kopi Bengkulu Bangkit Setelah Nyaris Bangkrut

UMKM Kopi Bengkulu yang bangkit setelah nyaris bangkrut (antara)--

UMKM tersebut menerima berbagai bantuan dari Bank Indonesia, di antaranya alat produksi seperti mesin roasting, mesin pulper (pengupas kulit buah kopi), mesin huller.

Kemudian pada 2019 UMKM itu bersama petani kopi di Desa IV Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran juga menerima bantuan dari BI Perwakilan Bengkulu berupa pembangunan gedung jemur untuk badan usaha milik petani (BUMP) yang beranggotakan tiga kelompok petani. Pembuatan gedung penjemuran kopi ini dilakukan di delapan lokasi tersebar di beberapa kelompok tani lainnya.

Bank Indonesia juga memberikan berbagai pelatihan pascapanen, pengolahan kopi berkualitas, integrasi UMKM itu ke pasar daring, pengemasan hingga memperbaharui merek agar lebih menarik minat pasar.

"Kalau tidak ada Bank Indonesia, saya mungkin masih seperti dulu, masih menggoreng kopi, tidak canggih seperti sekarang. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih pada Bank Indonesia," kata Supriyadi.

BACA JUGA:Daya Juang Sukarelawan yang Memenuhi Panggilan Kemanusiaan

BACA JUGA:Pesan Dari Sungai Utik untuk Pemimpin baru

Saat ini, produksi kopi UMKM itu sudah masuk ke jajaran usaha di e-commerce, ke toko-toko besar termasuk pusat kuliner dan oleh-oleh Provinsi Bengkulu, bahkan merek tersebut juga sudah menjangkau pasar dunia.

Hanya, saat ini UMKM itu belum bisa mengekspor sendiri karena belum adanya identitas terdaftar dari kopi Bengkulu tersebut berupa Indikasi Geografis (IG). Kemudian, pemenuhan permintaan pasar internasional juga menjadi hal yang saat ini ia upayakan.

UMKM tersebut mendapatkan tawaran dari pasar internasional sebanyak 25 ton per bulan untuk kopi berkualitas petik merah dan berkadar air 13 persen. Supriyadi pun mengajak petani kopi tumbuh bersama dengan membangun rumah jemur kopi-rumah jemur kopi yang baru demi memenuhi standar yang diminta konsumen dunia serta memastikan kopi yang dipanen benar-benar kopi petik merah, bukan asalan.

Fokus bantu UMKM

Bank Indonesia setiap tahunnya memang fokus membantu usaha mikro kecil dan menengah di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas mereka. Kehadiran BI membina UMKM tentu tak lepas dari kapasitasnya sebagai bank sentral.

Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai tujuan untuk mencapai stabilitas nilai rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran, dan turut menjaga stabilitas sistem keuangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Dhita Aditya Nugraha menjelaskan mengapa BI melakukan intervensi terhadap UMKM. Pertama, UMKM mempunyai peranan yang besar terhadap perekonomian nasional.

Data pada 2019 menunjukkan ada 64,2 juta UMKM, yang 61 persennya berkontribusi terhadap PDRB, lebih lanjut 15,7 persen kontribusi UMKM terhadap ekspor dicatat pada 2021.

Melihat peranan UMKM terhadap perekonomian tersebut, tentu sektor ini juga ikut memberi pengaruh pada stabilitas nilai rupiah, sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan