Dampak Kebijakan Donald Trump Pasca Indonesia Gabung BRICS di Tengah Ketegangan AS-Tiongkok
Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam kenaikan tarif 100 persen jika anggota BRICS menciptakan mata uang baru yang dapat menyaingi dolar AS--The Guardian
"Kebijakan luar negeri Trump lebih bersifat pragmatis dan transaksional. Jika Indonesia dapat menunjukkan bahwa keanggotaannya di BRICS tidak sepenuhnya bertentangan dengan kepentingan AS, ada peluang untuk meredakan tekanan," ujarnya.
2. Pendekatan Diplomasi Proaktif
Agastya menekankan pentingnya peran Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dan diplomat Indonesia dalam menjaga hubungan baik dengan AS. Melalui lobi dan negosiasi langsung, Indonesia dapat memastikan kepentingan nasional tetap terlindungi, meskipun berada di bawah tekanan dari AS.
BACA JUGA:Menko Zulhas: Penghentian Impor 4 Komoditas Tidak Ganggu Stok dan Harga Pangan
BACA JUGA:Bahlil Lahadalia Minta Perbankan Dalam Negeri untuk Membiayai Proyek Hilirisasi
3. Fokus pada Kerja Sama Strategis
Indonesia perlu menekankan bahwa meskipun menjadi anggota BRICS, hubungan ekonomi dan keamanan dengan AS tetap bisa berjalan dengan baik. "Jika Indonesia berhasil menjaga posisi netral, Trump mungkin tidak akan terlalu keras terhadap kita," tambah Agastya.
Namun, Agastya juga mengingatkan bahwa Trump dikenal sebagai pemimpin yang impulsif dan dapat membuat keputusan drastis tanpa peringatan. Jika hubungan AS-China semakin memburuk dan Trump menjadikan BRICS sebagai target kebijakan luar negerinya, tarif tinggi atau sanksi bisa diberlakukan secara tiba-tiba.
Indonesia, yang memiliki hubungan ekonomi penting dengan AS, tentu akan terdampak langsung jika kebijakan proteksionis Trump diimplementasikan. Sektor ekspor seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik berpotensi terkena imbas tarif yang lebih tinggi.
Keanggotaan Indonesia di BRICS memang membuka peluang untuk memperluas pengaruh global, tetapi juga menghadirkan tantangan dalam hubungan dengan AS, terutama jika Trump kembali berkuasa.
BACA JUGA:BRIN Menilai Kebijakan Pemerintah Stop Impor Pangan Merupakan Langkah Tepat
BACA JUGA:Wamen UMKM: Distribusi KUR Sektor Produktif Masih Kurang Maksimal
Agastya menekankan bahwa strategi diplomasi yang cerdas dan proaktif menjadi kunci untuk menghadapi tekanan AS. Dengan menjaga hubungan baik dengan AS dan memanfaatkan sifat pragmatis Trump, Indonesia bisa mengurangi risiko konflik ekonomi dan politik.
Namun, jika Trump memilih langkah ekstrem seperti menaikkan tarif atau memberlakukan sanksi, Indonesia harus siap dengan strategi mitigasi, termasuk diversifikasi pasar ekspor dan penguatan ekonomi domestik.
Pada akhirnya, bagaimana Indonesia memainkan peran diplomasi dan menjaga keseimbangan hubungan dengan AS dan Tiongkok akan sangat menentukan sejauh mana tekanan AS terhadap Indonesia di masa depan. (jpc)