Dampak Kebijakan Donald Trump Pasca Indonesia Gabung BRICS di Tengah Ketegangan AS-Tiongkok
Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam kenaikan tarif 100 persen jika anggota BRICS menciptakan mata uang baru yang dapat menyaingi dolar AS--The Guardian
BELITONGEKSPRES.COM - Indonesia kini resmi menjadi anggota penuh BRICS, sebuah organisasi internasional yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
Keanggotaan ini membuka peluang besar, tetapi juga mengundang tantangan, terutama terkait dengan kebijakan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang dikenal kritis terhadap BRICS.
Trump pernah mengancam akan memberlakukan tarif impor hingga 100 persen terhadap negara-negara yang mendukung dedolarisasi, yang bisa berdampak pada Indonesia.
BACA JUGA:Pelita Air Rayakan HUT Ke-55, Hadirkan Promo Menarik untuk Penumpang
BACA JUGA:Menteri Sosial Saifullah Yusuf Perkuat Kerja Sama Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Airlangga, Agastya Wardhana, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi bagaimana AS akan menanggapi posisi Indonesia sebagai anggota BRICS. Salah satu faktor utama adalah kebijakan luar negeri Trump yang cenderung menargetkan Tiongkok sebagai pesaing utama AS.
BRICS, yang semakin memperkuat hubungan ekonomi Tiongkok dengan negara-negara lainnya, dinilai mengancam dominasi ekonomi AS. Oleh karena itu, jika ketegangan antara AS dan Tiongkok meningkat, tekanan terhadap negara-negara BRICS, termasuk Indonesia, sangat mungkin terjadi.
Trump memiliki kebijakan proteksionis yang bisa langsung berdampak pada Indonesia. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan menaikkan tarif impor terhadap negara-negara BRICS, untuk melindungi ekonomi AS dan memberi tekanan pada negara-negara yang dianggap melemahkan posisi dolar AS sebagai mata uang global.
Bagi AS, langkah ini dianggap sebagai cara mempertahankan dominasi ekonomi mereka di tengah perubahan dinamika global.
BACA JUGA:Menko Zulhas: Penghentian Impor 4 Komoditas Tidak Ganggu Stok dan Harga Pangan
BACA JUGA:Bahlil Lahadalia Minta Perbankan Dalam Negeri untuk Membiayai Proyek Hilirisasi
Namun, Agastya mengingatkan bahwa dampak dari kebijakan Trump tidak akan langsung terjadi. Indonesia memiliki beberapa peluang untuk mengurangi dampak negatif tersebut, terutama melalui diplomasi yang cerdas dan strategis.
1. Hubungan Prabowo dengan Trump
Agastya menilai bahwa Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, memiliki pengalaman diplomasi yang cukup untuk menghadapi hubungan internasional, termasuk dengan AS di bawah kepemimpinan Trump.