Antisipasi Uang Palsu, DPR Dorong Edukasi Masif dari Bank Indonesia

Ilustrasi: uang palsu--

BELITONGEKSPRES.COM - Maraknya peredaran uang palsu di masyarakat, terutama setelah terungkapnya kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar, telah menimbulkan kekhawatiran luas. Menanggapi hal ini, Anggota DPR RI Charles Meikyansah menyerukan langkah konkret dari Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat pengawasan sekaligus mengintensifkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Kasus seperti ini memicu keresahan di masyarakat. Banyak orang khawatir menerima uang palsu dalam transaksi sehari-hari. Karena itu, Bank Indonesia harus lebih aktif memberikan edukasi dan sosialisasi tentang cara mengenali uang asli dan palsu, ujar Charles kepada wartawan pada Minggu, 29 Desember.

Charles menyoroti pentingnya edukasi mengenai ciri-ciri uang rupiah asli, seperti efek warna yang berubah (safeting color) dan mikroteks. Ia menekankan bahwa edukasi yang efektif dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan mengurangi risiko menerima uang palsu. Selain itu, BI perlu memberikan panduan yang jelas kepada masyarakat mengenai langkah-langkah yang harus diambil jika menemukan uang palsu. Misalnya, apakah melapor ke kantor cabang BI terdekat atau ke pihak berwenang lainnya, tambah Charles.

Legislator dari dapil Jawa Timur IV ini juga menyarankan agar Bank Indonesia mengambil inisiatif jemput bola, terutama untuk membantu masyarakat kecil yang menjadi korban peredaran uang palsu. Kasihan sekali jika masyarakat kecil menerima uang palsu. Bagi mereka, nominal Rp 50.000 atau Rp 100.000 itu sangat berarti. BI perlu hadir memberikan solusi nyata, ungkap Charles.

BACA JUGA:Kritik Rieke Diah Pitaloka terhadap Kenaikan PPN 12 Persen Berujung Pelaporan ke MKD

BACA JUGA:Menhub Dudy Purwagandhi Tekankan Peningkatan Pemantauan Udara untuk Keamanan Transportasi Saat Nataru

Untuk mengantisipasi peredaran uang palsu, Charles mengimbau masyarakat untuk menerapkan metode Dilihat, Diraba, dan Diterawang saat menerima uang fisik. Ia menjelaskan bahwa metode ini mencakup memperhatikan benang pengaman yang tampak seperti dianyam dan akan berubah warna jika dilihat dari sudut tertentu. Selain itu, masyarakat dapat merasakan permukaan uang. Gambar pahlawan, burung Garuda, nilai nominal, serta kode tunanetra (blind code) berupa garis di sisi kanan dan kiri uang akan terasa kasar. Dengan diterawang, tanda air (watermark) berupa gambar pahlawan dan ornamen khas pada pecahan uang serta logo BI akan terlihat utuh jika diarahkan ke cahaya.

Charles juga menekankan pentingnya edukasi khusus untuk pekerja yang sering bertransaksi dengan uang tunai, seperti pedagang dan kasir. Kasir-kasir seringkali menanggung risiko tinggi jika menerima uang palsu karena harus menggantinya dengan uang pribadi. Ini sangat membebani mereka, tutupnya.  (jpc)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan