Warisan Budaya Urang Darat Belitong yang Terlupakan

Ladang atau Ume Urang Darat Pulau Belitong--(Wereldmuseum Amsterdam)

MASYARAKAT pulau Belitong merupakan salah satu bagian dari masyarakat rumpun etnis melayu di Nusantara. Ada dua rumpun etnis yang terdapat di Pulau Belitong, di antaranya adalah Urang Darat dan Urang Laut. Kedua etnis ini dapat dilihat dari wilayah geografis serta system bahasa yang digunakan. 

Kata Urang (dalam bahasa Belitong) merupakan penyebutan kata orang atau manusia dalam arti khusus (KBBI), sedangkan Darat atau Laut adalah penyebutan untuk tempat tinggal. Artinya Urang Darat sebagian besar mendiami wilayah daratan atau gunung dan Urang Laut mendiami wilayah laut atau pesisir.

Cornelis de Groot seorang insinyur pertambangan yang datang bersama rombongan J.F. Loudon pada tahun 1851 pernah menuliskan pengalamannya selama di Pulau Belitong. De Groot menuliskan istilah Blitongezeen, yang apabila diterjemahkan merupakan sebutan nama untuk Urang Belitong dalam klasifikasi karakteristik Urang Darat. Namun, De Groot merasa kurang yakin bahwa Urang Darat merupakan penduduk asli Pulau Belitong, perihal ini didorong karena De Groot menerima laporan bahwa tidak ada Orang Gunung di Pulau Belitong pada abad ke-18. 

Urang Darat yang ditemuinya di pedalaman Belitong menggunakan bahasa melayu. Sehingga De Groot menganggap Urang Darat termasuk dalam keturunan melayu. Sebagian besar, De Groot mengidentifikasikan Urang Darat berdasarkan bahasa dan keturunan, bahwa Urang Darat adalah keturunan dari Orang Melayu Keresedinenan Palembang dan pantai timur Sumatera, pulau-pulau Keresidenan Riau, Bangka, Semenanjung Melayu dan Sukadana. 

BACA JUGA:Polres Belitung Amankan 2 Truk Bermuatan Timah Ilegal, Milik Bos Asal Tanjungpandan?

Sedangkan sebagian kecil Urang Darat merupakan keturunan dari Bugis, Makassar dan Pantai Koromandel atau Keling di pesisir Selatan India. Namun menurut Ecoma Verstege, dia mengklasifikasikan penduduk Pulau Belitong terbagi menjadi tiga kelompok etnis yakni Urang Darat, Urang Dagang dan Urang Laut. Ecoma mengatakan Urang Darat merupakan penduduk asli Pulau Belitong. 

Sedangkan Urang Dagang merupakan perantau melayu yang bermigrasi dari tempat lain, terutama dari Pontianak, Palembang, Bangka, Lingga dan kepulauan Melayu lainnya. Sementara Urang Laut merupakan suku laut yang dikenal dengan sebutan Sekah (Sekaq).

Melihat dari letak geografis Urang Darat dan Urang Laut, tentu akan berpengaruh pada budaya cara mereka bertahan hidup. Budaya agraris menjadi karakteristik Urang Darat dalam bertahan hidup. Salah satu budaya agraris Urang Darat adalah aktivitas Ume Taun. Ume Taun bisa dimaknai sebagai sumber dari warisan budaya masyarakat Pulau Belitong. 

Mengapa, karena sebagian besar pengetahuan tradisional lahir dalam aktivitas ini. Secara etimologi, Ume diartikan sebagai ladang atau kebun dan Taun diartikan sebagai Tahun. Sehingga terminologinya adalah kebiasaan atau aktivitas berladang dalam jangka waktu satu tahun sekali.

BACA JUGA:Angka Kriminalitas di Belitung 2024 Turun, Polisi Sita Barang Bukti Sabu 958.44 Gram

Selain menjadi tempat untuk berladang, Ume Taun juga sebagai tempat tinggal. Kubok adalah istilah dari penamaan kelompok yang mengelola Ume Taun, Kubok biasanya terdiri dari satu kepala keluarga atau lebih. Lalu, terdapat juga sebuah rumah tradisional berbentuk panggung yang difungsikan untuk tempat tinggal serta menjaga Ume tersebut, yang dikenal dengan nama Membarongan.

Ume Taun dan Segala Hal yang Melingkupinya

Ume Taun merupakan sebuah aktivitas budaya agraris yang menjadi akar dari kemunculan warisan budaya Belitong lainnya. Ume Taun juga sebagai titik tombak ketahanan pangan dari masyarakat Belitong. Makanan tradisional seperti Bubor Nunu dan Aruk Gelagau merupakan makanan keseharian yang lazim dikonsumsi oleh Urang Darat. Urang Darat juga sangat mahir berburu, yang dikenal dengan nama Berasuk.

Berasuk adalah aktivitas berburu pada malam hari didalam hutan dengan bantuan Asuk (anjing dalam bahasa Indonesia). Urang Darat juga sangat ahli dalam menangkap ikan, teknologi tradisional seperti Nirok merupakan nama alat tradisional untuk menombak ikan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan