Warisan Budaya Urang Darat Belitong yang Terlupakan

Ladang atau Ume Urang Darat Pulau Belitong--(Wereldmuseum Amsterdam)

Musim kemarau tersebut dimulai di bulan empat (April). Aktivitas pertama yang dilakukan dalam Ume Taun yaitu Nebas (membuka lahan) dalam kurun waktu selama satu bulan, lalu pada bulan ke lima dilanjutkan dengan aktivitas Nunu (membakar rumput dan pohon yang telah ditebang). Aktivitas ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pembersihan lahan dan bermaksud untuk membuat tanah lebih subur. 

Setelah sekitar 10 hari aktivitas Nunu berlangsung lalu dilanjutkan dengan aktivitas Nugal (prosesi melubangi tanah dengan cara menombak sekaligus memasukkan bibit padi). Kemudian dalam jangka waktu enam bulan padi sudah siap untuk di-Ngetam (panen).

BACA JUGA:7 Festival Musik Beragam Genre Meriahkan Indonesia Sepanjang 2024, Salah Satunya Jazz De Billitone

Adapun jenis tanaman yang ditanam dalam Ume Taun yaitu padi gunung dan berbagai macam jenis rempah. Diantaranya adalah Padi Gunung dengan jenis Ketan Itam, Ketan Puteh, Padi Rembiak, Padi Makringan, Padi Tupok dan Padi Tampui. 

Tanaman jenis lain yaitu Kembilik, Belungkak, Tebu, Tila dan Menggale. Manfaat tanaman tersebut digunakan untuk makanan pokok pengganti selama menunggu panen padi tiba. Aneka rempah yang juga ikut dalam komoditi tanaman dalam Ume Taun adalah Kunyit, Lengkuas, Cekor, Liak, Kucai.

Setelah Ngetam, Urang Darat melakukan prosesi Upacara Tradisional yang bernama Meras Taun. Meras Taun merupakan upacara ungkapan syukur atas panen padi yang telah dilakukan, juga sekaligus media doa untuk keberlangsungan aktivitas Ume Taun berikutnya.

Penutup

Warisan budaya Urang Darat, dengan segala tradisi dan pengetahuan lokalnya, adalah cerminan identitas yang unik dari masyarakat Pulau Belitong. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi seperti Ume Taun kini kian jarang dijalankan, bahkan nyaris hilang. Padahal, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, mulai dari ketahanan pangan hingga kearifan lokal, sangat relevan untuk dilestarikan.

BACA JUGA:Urgensi Satgas Pengadaan Gabah atau Beras Petani

Menjaga dan menghidupkan kembali warisan budaya ini bukan sekadar tugas bagi generasi penerus, tetapi tanggung jawab bersama. Dengan mendokumentasikan dan mengenalkan tradisi ini kepada masyarakat luas, kita dapat memastikan bahwa jejak Urang Darat tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi masa depan. Sebuah perjalanan panjang yang semestinya tetap kita kenang dan pelajari.

*) Reno Izhar, Etnomusikolog Kabupaten Belitung Timur (Beltim)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan