Merawat Masa Depan Bangsa Lewat Tata Kelola Data Pribadi yang Bijak

Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno membuka acara pelatihan "Literasi Digital Sektor Pemerintahan", di Semarang, Kamis (3/10/2024). (ANTARA/HO-Pemprov Jateng)--

Perusahaan Keamanan Siber asal Belanda, Surfshark, menyebutkan untuk kuartal 3 (Q3) 2024 saja telah terjadi sebanyak 18.408.035.569 kali peretasan data di ruang digital. Melalui laporan rutin per kuartalnya, Surfshark juga menunjukkan terdapat peningkatan serangan siber dari satu kuartal ke kuartal lainnya.

BACA JUGA:Menumbuhkan Kepercayaan Internasional di Tengah Krisis Global

Di 2024 misalnya, terdapat kenaikan peretasan data di kuartal III 2024 dari kuartal II 2024 dengan peningkatan sebanyak 96,2 persen dari Q3 ke Q2 atau setara 3.261 akun di ruang digital telah bocor setiap 60 detiknya.

Pada periode tersebut, negara-negara maju yaitu AS, Perancis, Rusia, Jerman dan Jepang menjadi sasaran empuk serangan siber yang mengancam data masyarakatnya.

Indonesia pun pernah mendapatkan pengalaman terkait insiden serangan siber yang mengacam data masyarakat, ingat kasus serangan pada PDNS 2? Tak sedikit akhirnya layanan masyarakat yang lumpuh dan membuat banyak lembaga kelimpungan mengantisipasinya.

Fakta-fakta yang terjadi secara global dan di dalam negeri itu menjadi pengingat agar ke depannya terkait dengan keamanan data tak boleh ada celah dan kelengahan dalam pengelolaanya.

BACA JUGA:Masa Depan Kurikulum Merdeka Pasca Pergantian Kabinet

Baik pemerintah maupun masyarakat harus bisa menjaga dan memiliki pengelolaan data yang baik di masa akselerasi tranformasi digital sejalan dengan Visi Indonesia Digital 2045 untuk menjadikan Indonesia negara maju.

Dari diri sendiri

Tak bisa dipungkiri, peran regulasi yang disiapkan pemerintah memang penting untuk membuat pengamanan data dalam suatu negara bisa tercipta.

Meski demikian, peran masyarakat umum dalam menjaga keamanan data juga penting karena dari banyaknya faktor serangan siber salah satu yang berpotensi menjadi celah adalah kesalahan individu dalam mengelola data.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Laporan Investigasi Pelanggaran Data (DBIR) Verizon 2024, dari banyak faktor penyebab kebocoran atau kerentanan keamanan siber ternyata salah satu penyebab terbesarnya ialah human error.

BACA JUGA:Diplomasi untuk Kemanfaatan Ekonomi Indonesia Ala Joko Widodo

Dari banyaknya modus serangan siber yang mengintai data mulai dari ransomware, phising, hingga social engineering semuanya yang berujung pada kebocoran data ternyat berasal dari kesalahan manusia yang tidak teliti dan memberi celah serangan siber dapat masuk.

Apabila tidak pengelola data tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai keamanan siber, maka tidak heran baik seorang individu bahkan sebuah organisasi bisa mengalami kerugian karena ketidak tahuannya tersebut.

Maka dari itu, penting untuk pengelola data baik itu individu maupun untuk sebuah organisasi perlu terus meliterasi dirinya mengenal lebih baik mengenai modus-modus serangan siber yang dapat mengancam keamanan data.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan