AI dan Ancaman di Masa Depan: Antara Peluang dan Risiko

AI dan Ancaman di Masa Depan: Antara Peluang dan Risiko--freepik

Meskipun skenario ini mungkin terasa seperti plot fiksi ilmiah, banyak peneliti dan ahli, termasuk Nick Bostrom dari Universitas Oxford, menyarankan perlunya perhatian serius terhadap pengembangan AI agar tetap berada dalam pengawasan manusia.

3. Penyalahgunaan AI dalam Keamanan Siber

AI juga bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk kejahatan siber. Penjahat siber dapat menggunakan AI untuk meningkatkan skala dan efektivitas serangan mereka.

BACA JUGA:OpenAI Berencana Kenakan Biaya Akses ChatGPT, Segini Tarif Bulanannya

Misalnya, AI dapat digunakan untuk meretas sistem keamanan dengan lebih cepat dan cerdas, atau untuk menciptakan serangan phishing yang lebih canggih dan sulit dideteksi.

Laporan dari IBM Security menunjukkan bahwa serangan yang menggunakan AI bisa merusak infrastruktur kritis, mencuri informasi pribadi, dan bahkan memanipulasi data keuangan atau medis.

Kejahatan siber berbasis AI dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar, dan memperlemah keamanan nasional suatu negara.

4. Manipulasi Opini Publik dengan AI

Salah satu contoh nyata dari ancaman AI adalah penggunaan teknologi ini untuk menyebarkan informasi palsu atau deepfake. Deepfake adalah teknologi yang menggunakan AI untuk menghasilkan video atau audio palsu yang tampak sangat nyata, sehingga bisa digunakan untuk menyesatkan masyarakat.

BACA JUGA:Apple Vision Pro Generasi Baru: Lebih Pintar dengan Komputasi Spasial AI

Pada tahun 2020, laporan dari NATO Strategic Communications Centre of Excellence menunjukkan bahwa deepfake dapat menjadi ancaman besar bagi proses demokrasi, seperti pemilu.

Video deepfake yang menampilkan politisi atau tokoh masyarakat bisa mempengaruhi opini publik dengan cara yang tidak adil, bahkan berpotensi memicu konflik sosial atau politik.

5. Bias dalam Sistem AI

Salah satu masalah utama lainnya adalah bias dalam algoritma AI. Karena sistem AI belajar dari data, jika data tersebut mengandung bias, maka keputusan yang dibuat oleh AI juga bisa bias.

MIT Media Lab menemukan bahwa beberapa sistem pengenalan wajah berbasis AI cenderung lebih sering salah mengenali wajah orang berkulit gelap dibandingkan orang berkulit terang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan