Efisiensi Anggaran, Distorsi, dan Prioritas Kebijakan

Ilustrasi miskomunikasi--Shutterstock

Jika ternyata efektivitas bisa dicapai dengan optimalisasi tenaga kerja yang ada, maka penambahan staf menjadi keputusan yang tidak esensial.

Kemudian, perlu ada strategi efisiensi yang berbasis pada restrukturisasi birokrasi. Ketimbang memangkas anggaran secara linear, pemerintah bisa mengadopsi sistem performance-based budgeting, di mana alokasi anggaran didasarkan pada hasil yang dicapai.

Dengan demikian, sektor-sektor yang memiliki dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan terkena  pemotongan yang justru melemahkan daya saing.

BACA JUGA:Pelajaran dari Polemik Distribusi Gas Melon

Selanjutnya, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan yang lebih partisipatif dalam merumuskan kebijakan efisiensi anggaran.

Jika pemangkasan anggaran akan berdampak pada sektor-sektor strategis, maka diperlukan dialog antara pemerintah, dunia usaha, dan pekerja untuk menemukan solusi yang lebih berimbang.

Pada akhirnya, efisiensi anggaran harus dilakukan dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan.

Jika penghematan hanya dilakukan pada sektor yang paling rentan, sementara struktur birokrasi di tingkat atas terus berkembang tanpa kontrol yang jelas, maka kebijakan tersebut tidak hanya akan menciptakan ketimpangan, tetapi juga berisiko menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Ke depan harus ditekankan kembali bahwa kebijakan fiskal bukan sekadar soal angka di atas kertas, tetapi juga menyangkut keberlanjutan sosial dan ekonomi yang lebih luas.

Sebagaimana dikatakan oleh John Maynard Keynes; “But this long run is a misleading guide to current affairs. In the long run we are all dead." (A Tract on Monetary Reform, 1923). Memang dalam jangka panjang, kita semua akan mati. Tetapi dalam jangka pendek, kebijakan yang salah bisa membunuh lebih cepat.

BACA JUGA:Daya Beli Merosot, Deflasi Jadi Sinyal Bahaya Ekonomi?'

Oleh karena itu, pemerintah harus bijak dalam menentukan prioritas, memastikan bahwa efisiensi yang dilakukan benar-benar menciptakan nilai tambah, bukan sekadar mengurangi angka di laporan keuangan negara. (antara)

Oleh: Hanni Sofia

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan