Krisis Air Bersih Palestina, Para Pengungsi Terpaksa Minum Air Bekas Cucian
Nasib warga Palestina akibat kekejian Israel -sreenshot---
BELITONGEKSPRES.COM, Situasi kebutuhan air bersih di Jalur Gaza, Palestina, semakin mengkhawatirkan seiring meningkatnya jumlah pengungsi akibat eskalasi konflik Israel-Hamas. Terutama di pengungsian Jabaliya di utara Gaza, ribuan pengungsi menghadapi kesulitan mendapatkan air bersih.
Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia, Christian Lindmeier, mengungkapkan bahwa warga sipil, termasuk pengungsi Palestina, menjadi rentan terhadap kematian karena ketersediaan makanan dan air sangat terbatas. Ancaman dari rudal dan peluru militer Israel semakin memperparah kondisi sulit mereka.
Tantangan Air Bersih
Warga sipil Palestina, di antaranya Karam Abu Nada dan pengungsi di Jabaliya, terpaksa mengonsumsi air seadanya. Dengan kebutuhan minimal 15 liter air per hari untuk minum, mandi, dan kebersihan, kekurangan pasokan membuat sebagian warga terpaksa minum air bekas cuci piring.
Kesulitan dan Penyebab
BACA JUGA:Produk Kerajinan WBP Lapas Tanjungpandan Dipasarkan, Bisa Dibeli di Sepiak Belitong
BACA JUGA:McDonald's Indonesia Kerja Sama dengan Baznas Galang Donasi Untuk Palestina
Masyarakat Palestina mengeluhkan krisis air bersih yang semakin parah, dan blokade Israel sejak 7 Oktober 2023 menjadi salah satu penyebabnya. Truk pengangkut air terus-menerus dihalangi, menyebabkan penundaan dalam distribusi. Penduduk Palestina harus menunggu hingga 10 hari untuk mendapatkan pasokan air bersih.
Raed Radwan (50), warga Palestina lainnya, mengungkapkan bahwa mereka terpaksa minum air sumur karena sulitnya mendapatkan air bersih. Sebagian besar sumur di Gaza sudah tercemar dan sulit diakses karena kendala bahan bakar.
Krisis air ini telah berlangsung lebih dari tiga bulan, menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi saluran pencernaan hingga masalah ginjal dan dehidrasi. Meskipun warga Palestina membutuhkan air bersih, blokade Israel dan kendala distribusi terus memperburuk kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Ia juga mengeluhkan sulitnya bahan bakar untuk mengakses kendaraan. "Kami sangat menderita, krisis air bersih sangat parah lebih dari tiga bulan. Pasalnya kami hanya menerima pasokan air yang sangat terbatas setiap beberapa hari karena kekurangan bahan bakar," bebernya.