BACA JUGA:Pentingnya Literasi Digital Terkait Larangan Main Medsos pada Anak
Hal ini berhasil meningkatkan stok beras di PIBC dari 30 ribu ton menjadi 37 ribu ton, sebuah capaian yang signifikan dalam upaya menjaga stabilitas pasokan.
Keempat, penyaluran beras SPHP dan beras premium juga dilakukan melalui jaringan ritel modern, baik nasional maupun lokal. Selama Januari hingga Februari 2024, Bulog telah menyalurkan puluhan ribu ton beras ke jaringan ritel modern, memastikan aksesibilitas pangan bagi masyarakat perkotaan.
Kelima, program Bulog SIAGA (akSI jAga harGA) menjadi inovasi penting dengan penjualan langsung ke konsumen di lokasi strategis. Program ini berhasil menjangkau hampir seluruh kelurahan di DKI Jakarta dan sekitarnya dengan total 52 titik penjualan, yang direncanakan meningkat hingga 100 titik di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Keenam, Bulog terus mengamankan stok pemerintah melalui pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) serta pengelolaan komoditas pangan komersial. Langkah ini memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga hingga akhir tahun.
Ketujuh, Bulog aktif memantau panen di sentra-sentra produksi untuk memastikan penyerapan gabah dan beras dalam negeri. Upaya ini tidak hanya memperkuat CPP tetapi juga mendukung petani lokal melalui pembelian hasil panen mereka dengan harga yang layak.
BACA JUGA:Era Baru, Guru Kembali ke Hulu
Keberdayaan Bulog
Dengan revitalisasi ini, Bulog diharapkan mampu lebih fokus pada tujuan utamanya, yakni memastikan bahwa kebutuhan pangan rakyat terpenuhi dengan harga yang stabil dan terjangkau.
Transformasi ini juga memberikan kesempatan bagi Bulog untuk beradaptasi dengan tantangan baru, termasuk ancaman perubahan iklim, dinamika pasar global, dan fluktuasi harga komoditas internasional.
Keberhasilan Bulog tidak hanya menjadi bukti dari keefektifan transformasi kelembagaan ini, tetapi juga cerminan dari komitmen pemerintah dalam menciptakan pelayanan publik yang berkualitas.
Pemerintah, sebagai penanggung jawab utama dalam ketahanan pangan, harus terus mendukung Bulog dalam mengatasi tantangan yang ada, baik melalui regulasi yang mendukung, anggaran yang memadai, maupun koordinasi lintas sektor yang lebih efektif.
Namun, revitalisasi ini juga menuntut peningkatan kapasitas internal Bulog. Sebagai badan otonom, Bulog harus mampu mengelola sumber daya manusia, keuangan, dan teknologi secara efisien.
BACA JUGA:Melihat Layanan Pengaduan di OJK
Transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci utama agar kepercayaan publik terhadap Bulog tetap terjaga.
Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat, harus terus diperkuat untuk mendukung pencapaian target nasional.
Semoga, dengan status baru sebagai badan otonom nantinya, Bulog semakin mampu melanjutkan perannya sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional, sekaligus menjadi garda terdepan dalam menjamin stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan.