Menguji Keberdayaan Bulog
Pekerja menata beras di Gudang Bulog, kawasan pergudangan Bulog Sunter Timur, Jakarta, Senin (4/11/2024). -Muhammad Ramdan/rwa.-ANTARA FOTO
Perum Bulog sedang berada di ambang perubahan signifikan. Rencana revitalisasi yang menempatkan Bulog sebagai badan otonom langsung di bawah Presiden mencerminkan langkah maju dalam memperkuat posisinya sebagai lembaga pangan strategis.
Transformasi ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menyesuaikan peran Bulog dengan kebutuhan zaman, sekaligus memastikan keberpihakannya kepada masyarakat.
Keputusan ini sejalan dengan pandangan bahwa Bulog harus fokus pada pelayanan publik yang optimal, tanpa beban menjadi entitas bisnis yang mencari keuntungan.
Sebagai badan otonom, Bulog akan lebih fleksibel dalam menangani urusan pangan dan logistik nasional, dengan orientasi utama pada stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok.
BACA JUGA:Upaya Merawat Tanah Sebagai Ibu Kehidupan
Pada masa lalu, khususnya di era Orde Baru, Bulog berperan besar sebagai "penjaga gawang" stabilitas harga pangan melalui kebijakan harga dasar dan harga atap.
Maka, dengan status baru sebagai badan otonom, Bulog berkesempatan untuk kembali memainkan peran tersebut secara lebih efektif, tanpa hambatan birokrasi yang kerap membatasi kinerjanya sebagai BUMN.
Revitalisasi ini adalah angin segar yang telah lama dinantikan. Status baru Bulog memungkinkan lembaga ini untuk lebih fokus pada peran strategisnya, seperti penyaluran bantuan pangan, pengelolaan cadangan pangan pemerintah, serta stabilisasi harga bahan pokok.
Langkah ini juga menegaskan keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat, terutama kelompok rentan yang bergantung pada akses pangan yang terjangkau.
Transformasi Bulog
BACA JUGA:Posmodernisme, Identitas bangsa, dan Arah Pembangunan
Transformasi Bulog mencakup berbagai program unggulan yang memberikan manfaat nyata. Beberapa program strategis yang sudah dan akan terus dilakukan oleh Bulog mencerminkan keseriusan lembaga ini dalam menjalankan fungsi utamanya.
Pertama, program penyaluran Bantuan Beras Langsung sebesar 10 kilogram per bulan kepada 22 juta keluarga penerima bantuan pangan. Program ini menjadi bukti nyata kontribusi Bulog dalam meringankan beban masyarakat sekaligus menjaga stabilitas kebutuhan pangan pokok.
Kedua, Bulog terus menyalurkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) melalui lebih dari 26 ribu warung dan kios di pasar-pasar serta outlet binaan di lokasi yang terjangkau konsumen.
Kerja sama dengan pengecer terus ditingkatkan sehingga titik penjualan tersebar lebih luas mendekati konsumen akhir. Sampai akhir Februari 2024, sekitar 352 ribu ton beras telah disalurkan.