Si Rancak Ulakan merupakan aplikasi berbasis web dan android yang menyediakan analisis, profil, informasi, pemantauan, dan edukasi serta evaluasi untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi di Pulau Bando.
Aplikasi tersebut lahir sebagai inovasi perbaikan pengelolaan kawasan konservasi berbasis masyarakat melalui informasi bank data flora dan fauna di kawasan itu. Keunggulan aplikasi tersebut ialah analisis dan monitoring penyu yang dapat dilakukan secara langsung (real time), termasuk promosi paket wisata yang terintegrasi, hingga sarana edukasi penyu dengan teknologi baru.
Program itu berisi beragam informasi seputar kawasan konservasi nasional yang meliputi pelestarian populasi penyu, terumbu karang, pengelolaan sampah plastik maupun nonplastik, hingga informasi wisata bertahan (survival) Pulau Bando.
Program Si Rancak Ulakan sendiri mempunyai road map jangka panjang hingga 2026. Pada 2022 gagasan ini menyasar budi daya mangrove. Kemudian pada 2023 Si Rancak Ulakan memfokuskan sisi penguatan kelembagaan yang meliputi penanaman mangrove di kawasan wisata, penguatan kelompok, dan pengembangan konservasi penyu dan terumbu karang.
BACA JUGA:Optimisme Sepak Bola Indonesia Mendunia
Selanjutnya, di 2024 Pertamina berfokus pada digitalisasi pengelolaan konservasi yang terdiri dari beberapa sasaran utama, di antaranya pengembangan sistem terpadu dalam kawasan konservasi serta pelestarian pesisir dan pengelolaan kawasan konservasi alam.
Setahun berikutnya, Pertamina akan menyasar sentra produksi olahan nipah, pengembangan kampung edu eko wisata, dan pusat konservasi terpadu. Sementara pada 2026 program itu menargetkan learning center konservasi.
Si Rancak Ulakan merupakan program tanggung jawab sosial lingkungan PT Pertamina Patra Niaga AFT Minangkabau yang berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjaga kelestarian kawasan konservasi nasional.
Untuk mendukung program itu, Pertamina juga memasang internet Starlink. Internet tanpa batas ini memiliki jarak jangkau hingga 10 meter, sehingga benar-benar membantu dan mendukung program tersebut di Pulau Bando.
E-Katuang
Selain menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi utama di Pulau Bando, Pertamina juga membuat inkubator penetasan telur penyu yang disebut E-Katuang. Katuang sendiri merupakan bahasa lokal di Provinsi Sumbar yang berarti tukik atau penyu. Alat inkubator berbentuk persegi panjang tersebut dirancang khusus untuk membantu penetasan telur penyu dalam kurun waktu 50 hari dengan dibantu oleh energi listrik.
Inkubator itu mampung menampung 50 hingga 80 butir telur penyu dimana tingkat keberhasilannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan penetasan di alam liar (alami). Gagasan E-Katuang ini muncul sebagai upaya mempercepat dan mengupayakan keberhasilan penetasan telur satwa dilindungi tersebut.
BACA JUGA:Mengarusutamakan Kesetaraan Gender untuk Ekonomi Berkelanjutan
Lahirnya inovasi tersebut berangkat dari persentase penetasan telur penyu di alam liar yang belum begitu maksimal, karena beberapa persoalan, di antaranya praktik perburuan telur penyu, ancaman predator biawak dan ular, hingga kondisi suhu yang tidak selalu stabil.
Sejak E-Katuang difungsikan, enumerator telah berhasil menetaskan lebih dari 200 butir telur penyu tanpa ada yang gagal. Bahkan, alat tersebut dapat merekayasa genetik atau penentuan jenis kelamin satwa yang dilindungi UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Apabila enumerator ingin menetaskan penyu jantan, maka cukup mengatur suhu pada rentang 27 hingga 29 derajat Celsius dengan tingkat kelembapan 68 persen. Sementara, untuk penyu betina suhunya berkisar 30 hingga 31 derajat Celsius dengan kelembapan 75 persen.
Untuk mengetahui jangka waktu penyu akan menetas, termasuk mengamati proses keluar dari cangkang telur, petugas memasang kamera pengintai (CCTV). Dengan menggunakan teknologi tersebut, proses rangkaian awal inkubasi hingga peneluran setiap penyu terekam setiap saat.