Nugroho melihat hal ini sebagai tantangan sekaligus motivasi untuk mengembangkan industri kakao lokal dari hulu ke hilir.
Ia mencatat bahwa pemasaran produk cokelat kini lebih mudah dengan adanya platform online, yang memungkinkan produk lokal untuk menjangkau pasar internasional, terutama di negara maju yang tingkat konsumsi cokelatnya terus meningkat.
Sementara itu, Ifah Syarifah, Direktur PT Arafa Arinaya Asia, berbagi pandangannya tentang pentingnya ketangguhan mental dalam berbisnis. Menurutnya, para pelaku usaha harus mampu menghadapi berbagai situasi yang tidak terduga dalam dunia bisnis, sekaligus memberikan perhatian penuh pada pengembangan dan pengolahan produk mereka.
BACA JUGA:Tupperware: Dari Brand Ikonik ke Ambang Kebangkrutan di Usia 78 Tahun
BACA JUGA:BPH Migas Perkuat Pengawasan untuk Pastikan Distribusi BBM Bersubsidi Tepat Sasaran
Redha Taufik Ardias, pemilik Sila Teahouse, turut menyampaikan pandangannya terkait industri teh di Indonesia.
Menurutnya, sektor teh harus bersinergi dengan industri pariwisata untuk menciptakan nilai tambah dan daya tarik yang lebih luas. Redha menekankan pentingnya inovasi dalam pengolahan produk teh guna meningkatkan nilai jual dan posisi teh Indonesia di pasar global.
Di luar acara, Heru Tri Widarto kembali menegaskan bahwa bisnis kopi, teh, dan cokelat memiliki potensi yang sangat besar untuk UMKM di Indonesia, terutama karena meningkatnya minat konsumen terhadap produk-produk lokal yang berkualitas dan berkelanjutan.
Ia menutup dengan keyakinan bahwa fokus pada kualitas produk, branding yang kuat, dan inovasi dalam model bisnis akan menjadi kunci keberhasilan bagi UMKM di sektor perkebunan. (dis)