BELITONGEKSPRES.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen untuk memperluas inklusi keuangan di kawasan perdesaan melalui inisiatif Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI), dengan tujuan memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menekankan pentingnya potensi ekonomi lokal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kekuatan ekonomi domestik sangat bergantung pada pertumbuhan di tingkat desa. Oleh karena itu, mendukung perekonomian daerah sangatlah penting,” ujar Mahendra di Jakarta, Minggu.
Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) melaporkan bahwa tingkat inklusi keuangan mencapai 88,7 persen pada 2023, meningkat 0,7 poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 88 persen.
BACA JUGA:Menko Perekonomian Sebut Peningkatan Keterampilan SDM Kunci Kemajuan Ekonomi Digital
BACA JUGA:Biaya Pembangunan IKN Telah Menarik Investasi Swasta Sebesar Rp60 Triliun
Pada 2024, OJK meluncurkan program EKI di 44 desa yang dikoordinasikan oleh Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). Program ini melibatkan kantor OJK daerah, kementerian/lembaga terkait, dan lembaga jasa keuangan.
Contohnya, program EKI diimplementasikan di Desa Dolokgede, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur pada Sabtu, 3 Agustus 2024. Program ini mencakup "Desaku Cakap Keuangan," yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat desa tentang lembaga keuangan, produk, dan layanan melalui pelatihan dan edukasi kepada perangkat desa dan masyarakat.
Hingga kini, program EKI telah menghasilkan berbagai pencapaian, termasuk pembukaan lebih dari 8.000 rekening tabungan (reguler, pelajar, emas) dan penyaluran kredit/pembiayaan kepada lebih dari 1.500 debitur.
Program ini juga menambah titik akses keuangan melalui agen Laku Pandai, memfasilitasi sistem pembayaran QRIS, dan mengadakan 500 kegiatan edukasi keuangan di desa.
BACA JUGA:Menuju 2045: Pemerintah Targetkan 20 Persen PDB dari Ekonomi Digital
BACA JUGA:Dengan Sederet Inovasi Teknologi, PTK Dukung Target Net Zero Emission Pertamina Group
Program EKI di Desa Dolokgede dijadwalkan berlangsung dari Juli 2024 hingga Desember 2024 dan akan melibatkan berbagai kelompok masyarakat, seperti UMKM, petani, peternak, perempuan, buruh/pegawai, dan pelajar.
Proyek ini melibatkan tiga tahapan utama, prainkubasi, inkubasi, dan pascainkubasi. Tahap prainkubasi mencakup identifikasi dan pemetaan potensi desa, dengan Desa Dolokgede diidentifikasi sebagai desa berbasis pendidikan dan olahraga, atau edu-sportainment.
Pada tahap inkubasi, masyarakat akan mendapatkan pendampingan, edukasi keuangan, dan pemberdayaan. Di akhir tahap pascainkubasi, diharapkan masyarakat desa akan mampu memanfaatkan produk keuangan secara optimal untuk mendukung usaha dan kegiatan produktif lainnya.