Kebakaran Los Angeles dan Kompleksitas Bencana di Era Informasi

Rabu 15 Jan 2025 - 22:12 WIB
Oleh: Dr. Taufan Hunneman

Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa peristiwa di Amerika sering kali mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan tragedi serupa di negara lain?

Sebagai contoh, kebakaran besar di Bangladesh yang pernah menewaskan ratusan orang tidak mendapat sorotan sebesar kebakaran di Los Angeles.

Ini menunjukkan adanya hierarki perhatian global yang sering kali bias. Tragedi di negara-negara maju atau kawasan yang lebih "terlihat" di peta geopolitik dunia cenderung mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan tragedi di negara-negara berkembang.

Ketidakadilan ini mencerminkan ketimpangan dalam cara dunia merespons penderitaan manusia.

BACA JUGA:Setumpuk PR Buat Patrick Kluivert

Namun, Amerika juga menawarkan pelajaran penting tentang bagaimana masyarakatnya menghadapi bencana. Kebebasan beragama dan solidaritas sosial, misalnya, adalah nilai-nilai yang layak diapresiasi.

Setelah bencana tsunami yang melanda Aceh pada Desember 2004, dua mantan Presiden Amerika Serikat, George H.W. Bush dan Bill Clinton, melakukan kunjungan ke wilayah terdampak di Indonesia pada Februari 2005. Mereka ditunjuk oleh Presiden George W. Bush untuk memimpin upaya penggalangan dana bantuan bagi korban tsunami.

Komunitas internasional, termasuk masyarakat dari Amerika Serikat juga menunjukkan solidaritas yang nyata.

Hal ini membuktikan bahwa di balik kebijakan luar negeri Amerika yang sering kali kontroversial, ada sisi lain dari masyarakatnya yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

BACA JUGA:Strategi Kepemimpinan Ekonomi Berlandaskan Etika

Tragedi kebakaran di Los Angeles juga seharusnya menjadi pengingat bagi semua tentang pentingnya memahami sebuah peristiwa secara holistik.

Di satu sisi, semua perlu kritis terhadap bias media dan manipulasi informasi yang dapat membentuk persepsi keliru.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu menjaga agar respons terhadap sebuah tragedi tidak melupakan nilai-nilai kemanusiaan.

Daripada terjebak dalam asumsi atau narasi yang tidak berdasar, lebih baik menggunakan momen seperti ini untuk merefleksikan apa yang benar-benar penting di antaranya mengedepankan solidaritas, empati, dan tanggung jawab bersama untuk menjaga bumi dan sesama manusia. (ant)

Oleh: Dr. Taufan Hunneman, Dosen UCIC, Cirebon.

Kategori :