Disabilitas Mental Dalam Bingkai Pemilu

Roehan (kiri) pemilik Yayasan Sanggar Kesehatan Jiwa Baitul Latifa, Dusun/Desa Susuh Bango, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur- ANTARA/ Asmaul-

BACA JUGA:Pembelajaran Maya, Antara Kemudahan dan Ketergantungan Teknologi

Kadang, satu sama lain juga lebih suka menyibukkan diri dengan mengobrol sesama rekannya, merawat burung, atau kucing yang ada di yayasan. Bagi mereka, hal itu adalah hiburan.

Roehan menyebut, tidak mudah menyampaikan informasi kepada anak asuhnya mengenai siapa yang maju dalam pemilu. Untuk calon presiden, beberapa di antara mereka mengerti nama-nama yang maju dalam Pemilu 2024, namun untuk calon legislatif, mayoritas tak paham karena banyaknya nama.

Pernah juga, ada calon legislatif yang datang ke yayasan. Itu pun silaturahmi tanpa menyebutkan yang bersangkutan ingin maju sebagai calon legislatif.

Kemungkinan tindakan dari caleg itu karena sudah tahu bahwa Roehan dan yayasan harus netral, tidak mendukung salah satu pihak.

Momen pemilu, anak asuhnya juga butuh informasi bagaimana menggunakan hak pilih, bagaimana nanti saat mencoblos, alurnya seperti apa, calonnya siapa saja.

Pemahaman ini harus betul-betul disampaikan kepada penghuni yayasan, sehingga pada hari H pemilu, mereka bisa mencoblos.

Sosialisasi itu bisa disampaikan kepada mereka yang bisa berkomunikasi, sehingga tahu ketika nantinya mereka memilih mencoblos calon nomor berapa.

Salah seorang penghuni yayasan, Nu (35) mengaku dirinya sering melihat berita di siaran televisi. Ia pun tak asing dengan nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden.

Dengan jelas, ia mengatakan nama-nama tiga pasangan itu, yakni pasangan pertama Anies-Muhaimin, pasangan kedua Prabowo-Gibran, pasangan ketiga Ganjar-Mahfud. Ia memang tak begitu paham latar belakang partai yang mendukung.

Lain halnya dengan calon legislatif. Ia tak banyak tahu tentang mereka. Itu karena saking banyaknya calon yang maju.

BACA JUGA:Pentingnya Pemahaman Tentang Kewajiban dan Hak Bagi Peserta Didik

Pengalaman Pemilu 2024 ini baginya memang beda. Saat Pemilu 2019, ia memberikan hak suara bersama suami dan keluarga. Ia masih dinyatakan sehat secara mental, saat itu.

Namun di Pemilu 2024, ia kini tinggal di yayasan ini. Ia pun pasrah dengan perangkat desa yang selama ini mengurusnya serta kepala yayasan. KTP pun saat ini dibawa perangkat desa. Jika ia bisa memilih, ia lebih memilih memberikan hak suara di TPS dekat yayasan yang ditinggalinya saat ini.

Perangkat desa yang mengurusnya, juga sering mengunjungi yayasan, namun belum ada pembicaraan soal pindah tempat memilih. Ia tahu namanya sudah terdata sebagai pemilih dalam Pemilu 2024 oleh perangkat desa.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan