Pentingnya Skrining untuk Deteksi Dini Penyakit

Ilustrasi skrinning kesehatan. (ANTARA/HO)--

BACA JUGA:Upaya Pemerintah Memacu Ekonomi Digital Menjadi Negara Maju

Rangkaian acara tersebut menggandeng sejumlah mitra yakni rumah sakit, apotek serta klinik. Pada Cek Segitiga di Jakarta, Dexa Medica bekerja sama dengan RS Abdi Waluyo, aplikasi GoApotik, dan telemedicine dkonsul, hingga olahraga pound fit bersama dengan Stimuno Forte.

Acara merupakan bentuk dukungan Dexa Medica terhadap program pemerintah yakni mengutamakan upaya promotif dan preventif kesehatan.

"Kegiatan ini juga sebagai upaya edukasi ke masyarakat untuk hidup sehat, sesuai program promotif-preventif kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI, nantinya Dexa juga akan menggandeng lebih dari 1.000 Apotik dan Klinik, untuk program edukasi dan skrining kesehatan ini," kata Hery.

Dalam acara kali ini, masyarakat berkesempatan untuk memeriksa kesehatan secara gratis, mendapatkan konsultasi dokter dari RS Abdi Waluyo, edukasi dari apoteker, serta berpartisipasi dalam games olah raga interaktif.

BACA JUGA:Upaya Pemerintah Memacu Ekonomi Digital Menjadi Negara Maju

Program "Cek Segitiga" dirancang untuk memberikan layanan skrining penyakit kronis dan konsultasi gratis kepada masyarakat. Program ini mencakup tiga pemeriksaan utama yakni tekanan darah, gula darah sesaat, dan kolesterol dalam 3 tahapan, yakni skrining dengan melakukan pemeriksaan kesehatan awal, konsultasi untuk mendapatkan nasihat medis dari dokter, serta edukasi dengan mempelajari cara menjaga kesehatan secara berkelanjutan.

Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy mengungkapkan bahwa acara ini sejalan dengan nilai inti perusahaan. "Kita mewujudkan core value perusahaan kita yaitu Deal with Care, peduli atas sesama, jadi kita menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan untuk para pengunjung di GBK ini," kata Tarcisius.

Sejalan dengan upaya skrining kesehatan ini, harapannya dapat menurunkan prevalensi penyakit tidak menular dan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kesehatan. "Harapan ke depannya ada kontribusi terhadap penurunan beban pembiayaan penyakit tidak menular," kata Tarcisius melanjutkan.

Indonesia, negara dengan populasi penduduk yang besar dan ragam tantangan dalam sistem kesehatannya, terus menghadapi persoalan serius terkait pembiayaan kesehatan. Data terbaru menunjukkan bahwa beban pembiayaan penyakit tidak menular yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, sementara pengeluaran kesehatan mandiri oleh masyarakat juga jauh melebihi rekomendasi organisasi kesehatan dunia.

BACA JUGA:Menyimpan Emas Pilihan Strategis bagi Entitas Bisnis

Menurut data BPJS Kesehatan, pembiayaan untuk penyakit tidak menular di Indonesia meningkat signifikan dari Rp17,9 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp24,1 triliun pada tahun 2022. Penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, kanker, dan penyakit jantung merupakan penyebab utama beban kesehatan yang semakin berat di negara ini. Peningkatan ini mencerminkan meningkatnya prevalensi penyakit kronis di antara penduduk Indonesia, yang memerlukan perhatian serius dalam upaya pencegahan, deteksi dini, dan manajemen penyakit.

Peningkatan beban pembiayaan penyakit tidak menular menyoroti pentingnya investasi dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di masyarakat. Program-program yang mendorong gaya hidup sehat, edukasi mengenai diet yang seimbang, olahraga teratur, serta kampanye anti-merokok dan anti-alkohol perlu diperkuat untuk mengurangi prevalensi penyakit kronis.

Dengan memfokuskan upaya pada pencegahan, akses yang lebih adil terhadap layanan kesehatan, dan pengembangan sistem jaminan kesehatan yang lebih baik, Indonesia dapat bergerak menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif, efisien, dan berkelanjutan untuk kesejahteraan semua warganya. (ant)

Oleh Ida Nurcahyani

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan