Privilege 'Orang Dalam vs Orang Berbakat'

Annisa Nur Aziz, S.Pd. (Dok. Pribadi)--

Privilege memainkan peran besar dalam membentuk jalan menuju kesuksesan seseorang. Meskipun kerja keras dan bakat tetap penting, keuntungan yang diperoleh dari privilege dapat memberikan dorongan tambahan yang signifikan. Trek orang dalam berdampak pada ketidakberdayaan individu yang berkualitas, berkapabilitas, serta berpengalaman untuk mendapatkan peran dan hak-haknya secara setara dan adil.

Individu yang berbakat ini akan terabaikan karena tidak mendapatkan karpet merah yang serupa dengan Si Istimewa. Peluang mereka untuk mendapatkan porsi pekerjaan tidak setara karena adanya konflik kepentingan dalam mendapatkan posisi tertentu. Dunia kerja sangat membutuhkan ide dan inovasi untuk mencapai kemajuan yang dapat diperoleh dari orang-orang kreatif dan berbakat yang ada dimana-mana, namun kesempatan untuk berkembang hanya terbatas pada sejumlah kecil kalangan. 

Umumnya, orang yang bekerja dengan berjuang sendiri untuk mendapatkan posisi tertentu cenderung memiliki etos kerja yang lebih besar dibandingan dengan mereka yang bekerja karena pemberian. Hal ini terjadi, karena mereka memiliki motivasi internal yang kuat dan  memiliki rasa kepemilikan terhadap proses berjuang yang telah dilalui yang menambah makna dan nilai dari usaha yang dilakukan.

BACA JUGA:Revitalisasi Organisasi Mahasiswa di Era Gen Z: Tantangan dan Solusi Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Etos kerja memiliki pengaruh yang signifikan dalam kemajuan organisasi. Ini mengacu pada sikap, nilai, dan komitmen kolektif yang dimiliki oleh anggota organisasi terhadap pekerjaan mereka. Etos kerja yang kuat tidak hanya meningkatkan kinerja individu tetapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan organisasi secara keseluruhan. Ini menciptakan lingkungan kerja yang produktif, inovatif, dan berorientasi pada tujuan bersama, yang esensial untuk mencapai keberhasilan jangka panjang dan keberlanjutan.

Selain itu, biasanya aktor yang berjuang dengan usaha sendiri memiliki ketahanan mental yang tangguh. Mereka belajar untuk menghadapi kegagalan dan bangkit kembali, yang membantu mereka untuk terus bekerja keras meskipun menghadapi rintangan. Mereka juga cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi karena kesuksesan mereka bergantung pada usaha dan kerja keras mereka sendiri. Sementara itu, orang yang mendapatkan sesuatu melalui pemberian mungkin tidak merasakan tekanan yang sama untuk bekerja keras atau menghargai apa yang mereka miliki karena mereka tidak perlu berjuang untuk mendapatkannya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan dunia kerja adalah sumber daya manusianya. Dunia kerja membutuhkan pekerja keras dan berbakat, bukan hanya orang yang bekerja seadanya. Pekerja keras dan berbakat cenderung lebih produktif dan efisien dalam menyelesaikan tugas.

Mereka dapat menghasilkan output yang lebih tinggi dan berkualitas dalam waktu yang lebih singkat, dan membawa ide-ide baru dan inovatif. Mereka memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif dan menemukan solusi baru untuk masalah yang ada, serta dapat membantu organisasi menjadi maju dan berkembang.

BACA JUGA:Menyingkap Masa Depan Dunia Kesehatan dengan Informatika dan Big Data

Pekerja berbakat dan berdedikasi biasanya lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan situasi baru. Mereka mampu belajar keterampilan baru dan menyesuaikan diri dengan teknologi atau metode kerja yang berubah. Keahlian ini sangat penting untuk dimiliki dalam lingkungan kerja yang dinamis. Selain itu, pekerja keras cenderung lebih loyal dan berkomitmen terhadap organisasi. Mereka melihat pekerjaan mereka sebagai bagian penting dari hidup mereka dan cenderung lebih setia.

Secara keseluruhan, merekrut pekerja keras dan berbakat berdasarkan kemampuan dan prestasi memastikan bahwa instansi memiliki tim yang kompeten, termotivasi, dan berkomitmen untuk keberhasilan dan pertumbuhan jangka panjang. Sehingga, slogan zona integritas perlu diimplementasikan secara nyata bukan retorika semata. Zona Integritas merupakan langkah penting untuk menghindari praktik jalur orang dalam dan menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Monitoring dan evaluasi sebagai alat penting untuk memastikan bahwa proses rekrutmen dan promosi dalam organisasi dilakukan secara adil dan transparan, serta untuk mencegah praktik jalur orang dalam harus dilaksanakan secara akurat, berintegritas, dan berdaya guna, bukan hanya sekadar program semata.

BACA JUGA:Pentingnya Literasi Keuangan untuk Mengurangi Kemiskinan

Sehingga kesetaraan dalam mendapatkan pekerjaan memiliki porsi yang sama terlepas dari latar belakang, jenis kelamin, ras, etnis, usia, agama, disabilitas, atau faktor lainnya yang tidak terkait dengan kinerja dan kemampuan mereka. Mewujudkan kesetaraan ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, adil, dan produktif. Organisasi akan tumbuh dengan baik jika memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan fokus pada kepentingan bersama dalam mencapai visi dan misi organisasi.

Praktik jalur orang dalam dan konflik kepentingan adalah masalah serius yang dapat merusak integritas, keadilan, dan efisiensi dalam sebuah organisasi. Praktik ini dapat merusak moral karyawan, mengurangi produktivitas, dan menghambat kemajuan organisasi. Dalam jangka panjang, jika rantai jalur orang dalam tidak diputus maka dapat membelenggu pencapaian Indonesia emas 2045. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan