Menjaga 'Kolong' Sebagai Sumber Air Baku Warga Bangka Barat

Kolong bekas tambang timah yang dimanfaatkan warga untuk budidaya ikan. (ANTARA/Donatus Dasapurna)--

Terbentuknya kolong

Dari perspektif udara saat memasuki wilayah Pulau Bangka, kita akan melihat jelas lusinan "kolong" sisa penambangan bijih timah yang menggunakan teknik pembukaan lapisan tanah.

Pola penambangan buka lapisan tanah secara besar-besaran ini sudah berlangsung sekitar tiga abad. Sutedjo Suyitno dalam bukunya "Legenda dalam Sejarah Bangka" menyebutkan teknik penggalian timah dengan sistem kolong ini dikenalkan pertama kali oleh Wan Akub, awal Tahun 1700.

BACA JUGA:Peran Penting Tri Pusat Pendidikan, Wujudkan Indonesia Emas 2045

BACA JUGA:Rumah Berkonsep 'Pemanenan Air Hujan' Jadi Solusi Banjir Perkotaan

Wan Akub merupakan pejabat yang diangkat Sultan menjadi kepala pertambangan timah di seluruh Pulau Bangka dengan sebutan Datuk Akub.

Datuk Akub mengenalkan teknik penggalian timah sistem "kolong" ini pada awalnya hanya menggunakan alat sekop dan cangkul untuk menggantikan teknik lama yang dinilai lambat, yaitu sistem lubang sumur atau galian sumuran yang hanya menggunakan alat linggis.

Pada masa awal, teknik penggalian sistem "kolong" ini hanya dilaksanakan di dalam Distrik Mentok, namun pada akhirnya berkembang ke wilayah lain karena lebih efektif, efisien, dan produktivitasnya tinggi.

Seiring berjalan waktu, alat pendukung aktivitas penambangan bijih timah dengan sistem "kolong" semakin berkembang, mulai dari pompa rantai, penggunaan kapal keruk, hingga saat ini menggunakan alat berat modern.

Dengan bertambahnya kebutuhan timah di pasar internasional, penambangan sistem "kolong" semakin meluas dan hingga saat ini pola penambangan ini jamak dilakukan oleh perusahaan, sehingga menghasilkan jumlah "kolong" semakin banyak.

Pemanfaatan kolong

Pada perkembangannya, jumlah penduduk di Pulau Bangka semakin bertambah dan menyebar. Peningkatan jumlah penduduk ini beriringan dengan meningkatnya jumlah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat.

Keterbatasan persediaan air bersih yang bersumber dari pegunungan, mata air dan sungai menjadikan "kolong" sebagai salah satu alternatif untuk dimanfaatkan airnya sebagai sumber air baku, seperti yang dikelola perusahaan air minum milik Pemkab Bangka Barat.

Saat ini perumdam itu, selain memiliki sumber air baku dari waterpang Menumbing dan Sungai Puput, juga memanfaatkan beberapa kolong yang ada, untuk wilayah Kecamatan Mentok, antara lain Kolong Menjelang, Kolong Terabik, dan Kolong Argotirto, sedangkan untuk Kecamatan Tempilang, memanfaatkan air dari Kolong Alang, dan di Kecamatan Parittiga ada Kolong Sekarbiru.

BACA JUGA:Merawat Kebebasan Beragama Melalui Guru

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan