Jurus Menjawab Darurat Pangan

Jurus menjawab darurat pangan-Antara-
BACA JUGA:Kiprah PNM Menjaga Denyut Usaha Ultra Mikro Tanah Air
BACA JUGA:Kiprah Perempuan Papua Kian Menonjol pada Era Otsus
Dalam dua tahun terakhir, komoditas beras di negeri ini banyak menghadapi masalah, mulai dari produksi yang melorot dengan angka cukup signifikan, perubahan iklim, kondisi global, harga beras yang mengalami kenaikan cukup signifikan, langkah diversifikasi pangan yang belum optimal, hingga tingginya impor beras.
Semua ini berjalan secara berbarengan, sehingga membutuhkan strategi yang efektif untuk menjawabnya dengan cerdas.
Soal menurunnya produksi beras yang salah satunya disebabkan karena adanya sergapan El Nino, bukanlah hal mudah untuk dicarikan jalan keluar terbaiknya.
Turunnya produksi, jelas berdampak pada menipisnya ketersediaan pangan yang membuat cadangan beras Pemerintah terganggu.
Menggenjot produksi beras setinggi-tingginya, kini menjadi solusi Pemerintah untuk menjawab menurun nya produksi beras.
Pemerintah tahu persis, untuk jangka panjang memang empat langkah di atas paling tepat untuk digarap. Empat jurus yang digambarkan Menteri Pertanian tersebut memang butuh dukungan semua pihak.
Sinergi, kolaborasi, dan koordinasi yang semakin berkualitas, perlu dikembangkan, baik dalam berbagai aspek kelembagaan ata pun program dan kegiatan.
BACA JUGA:Terobosan terkini terapi tuberkulosis
BACA JUGA:Menimbang potensi dampak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai
Namun begitu, Pemerintah sendiri belum saatnya akan menutup rapat-rapat kebijakan impor beras. Dalam jangka pendek, jelas tidak ada pilihan lain untuk diambil, kecuali bangsa ini kembali membuka keran impor beras.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, Indonesia masih surplus beras sekitar 700 ribu ton.
Angka ini, jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk menguatkan stok beras Pemerintah dan untuk Program Bantuan Pangan Beras.
Maka dengan gambaran seperti ini, dapat ditegaskan, impor beras yang dilakukan, saat ini benar-benar merupakan sebuah kebutuhan mendesak dan bukan lagi pelengkap kebijakan dunia perberasan.