Kemendag Tanggapi Penutupan Ritel Besar dengan Evaluasi dan Harmonisasi Regulasi
Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriyatno usai menghadiri dalam jumpa pers International Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA) di Jakarta, Rabu (16/4/2025)-Maria Cicilia Galuh-ANTARA
BELITONGEKSPRES.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mengevaluasi dan menyelaraskan regulasi terkait distribusi barang konvensional dan perdagangan elektronik (PSME) untuk mencegah penurunan usaha ritel di Indonesia.
Direktur Bina Usaha Perdagangan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Septo Soepriyatno, mengungkapkan bahwa langkah-langkah strategis akan segera dilakukan untuk merespons penutupan beberapa gerai ritel besar.
“Kami sedang merancang langkah-langkah strategis seperti evaluasi dan harmonisasi regulasi terkait distribusi barang konvensional dan perdagangan daring,” jelas Septo.
Selain itu, Kemendag akan memperkuat kolaborasi dengan asosiasi peritel nasional dan rutin mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha untuk membahas peluang serta tantangan bisnis ritel.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi 2025 Didukung Sektor Pertanian dan Konsumsi Domestik
BACA JUGA:Resesi Mengintai, Ini Cara Cerdas Mengelola Keuangan di tengah Perlambatan Ekonomi
Kemendag juga berencana memberikan dukungan berbasis data kepada pelaku usaha ritel agar mereka bisa beradaptasi dengan pesatnya perkembangan ekosistem digital. Ini termasuk promosi belanja lokal dan gerakan untuk berbelanja di dalam negeri.
Septo menjelaskan bahwa penutupan beberapa gerai besar modern disebabkan oleh perubahan preferensi belanja konsumen. Banyak yang kini lebih memilih berbelanja rutin di minimarket atau warung terdekat ketimbang belanja dalam jumlah besar di gerai besar.
Selain itu, konsumen juga semakin selektif dalam mengeluarkan uang, lebih memilih barang yang benar-benar dibutuhkan. Generasi muda, seperti Gen Z dan milenial, lebih suka berbelanja secara daring karena dianggap lebih praktis dan hemat biaya.
Akibatnya, toko swalayan besar seperti hypermarket kesulitan bersaing, karena omzet menurun dan tidak mampu menutup biaya operasional. (antara)