Hilirisasi Pangan dan Minerba Pacu Pertumbuhan Ekonomi

Foto udara truk muatan kelapa sawit antre memasuki pabrik Permata Bunda di Pematang Panggang, Mesuji, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (17/7/2023). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/nym.--

Jadi, bukan hanya dari pajak dan cukai yang menjadi tulang punggung negara, melainkan   juga dari devisa negara yang diperoleh dari ekspor.

Untuk pengembangan industri berbasis tambang dan mineral, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengupayakan peningkatan nilai tambah lima komoditas, yakni bijih tembaga, bijih besi dan pasir besi, bijih nikel, bauksit, serta logam tanah jarang.

Bijih nikel dapat diolah untuk menghasilkan produk hilir seperti produk berbahan baku stainless steel dan baterai listrik, peralatan kesehatan, peralatan dapur, kedirgantaraan, dan kendaraan listrik. Pembangunan smelter nikel marak dilakukan.

Saat ini terdapat 38 smelter nikel stand alone yang telah beroperasi di bawah binaan Kementerian Kemenperin dengan nilai investasi mencapai 15,8 miliar dolar AS.

Dari 38 smelter tersebut, 35 di antaranya adalah smelter pyrometallurgy, sedangkan sisanya merupakan smelter hydrometallurgy dengan produk akhir MHP (mixed hydroxide precipitate) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Hilirisasi sektor tambang dan mineral dapat meningkatkan capaian nilai ekspor nasional secara signifikan. Hingga Oktober 2022, nilai ekspor dari industri tersebut mencapai 36,4 miliar dolar AS, naik 40 persen dibandingkan dengan tahun 2021.

BACA JUGA:Membangun Timnas Putri Indonesia Lewat 'Tangan Besi' Satoru Mochizuki

BACA JUGA:HPN 2024, Pemilu dan Konstruksi Demokrasi Berkualitas

Selama periode 2017--2018, nilai ekspor nikel hanya mencapai 3,3 miliar dolar AS. Selanjutnya, dengan adanya hilirisasi, nilai ekspor produk turunan nikel meningkat menjadi 20,9 miliar dolar AS di tahun 2021 dan 33,8 miliar dolar AS pada 2022.

Sementara untuk hilirisasi industri berbasis agro, Kemenperin sedang berupaya meningkatkan nilai tambah kelapa sawit menjadi oleofood complex untuk pangan dan nutrisi, oleochemical and biomaterial complex untuk bahan kimia dan pembersih, dan bahan bakar nabati berbasis sawit seperti biodiesel, greendiesel, greenfuel, dan biomass.

Saat ini, hilirisasi kelapa sawit telah berhasil menciptakan 179 produk turunan sawit pada 2023, meningkat dari 54 jenis pada 2007.

Pada 2022, nilai ekspor minyak kelapa sawit atau CPO dan produk turunan Indonesia mencapai 41,32 miliar dolar AS pada 2022 dan volume ekspor berjumlah 35,52 juta ton. Sementara, nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai 22,97 miliar dolar AS.

Daya tarik investasi

Kebijakan hilirisasi yang digemakan dan dilakukan Pemerintah sepenuhnya telah menjadi daya tarik bagi mengalirnya investasi dari dalam dan luar negeri.

Realisasi investasi di bidang hilirisasi sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai Rp375,4 triliun. Pencapaian tersebut 26,5 persen dari total realisasi investasi pada 2023 senilai Rp1.418,9 triliun.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan