Konsekuensi Legitimasi Pemerintahan yang Lemah

Sejumlah pengunjuk rasa memblokade jalan selama bentrokan dengan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) dan polisi setelah mahasiswa memprotes kuota untuk pekerjaan pemerintah dan tingginya angka pengangguran di Dhaka, Bangladesh, Jumat (19/7/2024). Dalam ke-REUTERS/Mohammad Ponir Hossain/Spt- ANTARA FOTO

Perlu dicatat bahwa meskipun kuota, yang menjadi dasar protes, telah dihapuskan oleh Mahkamah Agung Bangladesh, aksi unjuk rasa tidak juga berhenti. Protes semakin intensif, sehingga Hasina memerintahkan penggunaan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dan ratusan pengunjuk rasa tewas dalam prosesnya. Setelah kepergian Hasina dan Angkatan Darat mengambil alih negara tersebut, kekerasan tetap meningkat.

BACA JUGA:Memitigasi Risiko Keamanan AI Generatif

Peran kekuatan asing dalam menggulingkan pemerintahan Sheikh Hasina menjadi bahan pembicaraan sekaligus perhatian. Salah satu lembaga yang namanya kerap muncul adalah United State Agency for International Development (USAID). Tujuan utama USAID sangat jelas, yaitu untuk memajukan kepentingan AS di luar negeri. Pergantian rezim merupakan salah satu kepentingan AS, tentunya di belakangnya terdapat organisasi intelijen CIA milik pemerintah AS. Selain Bangladesh, USAID pernah dituduh juga terlibat langsung dalam pergantian rezim di Nikaragua dan Venezuela.

Pulau Saint Martin adalah pulau kecil yang terletak di dekat ujung Selatan Bangladesh, sekitar 9 km Selatan ujung semenanjung Cox's Bazar-Teknaf.

Pulau ini merupakan bagian paling Selatan Bangladesh, berjarak sekitar 8 kilometer di sebelah Barat pantai Barat Laut Myanmar di muara Sungai Naf yang dapat dicapai dengan kapal dan perahu.

Meskipun Bangladesh mengelola pulau tersebut, Myanmar juga mengklaimnya. Pasukan Myanmar terkadang menargetkan nelayan dari pulau tersebut di laut.

Pulau St. Martin telah menjadi hotspot geopolitik karena lokasinya yang strategis dekat dengan jalur laut vital yang penting untuk perdagangan global dan kedekatannya dengan sumber daya alam. Kondisi tersebut berfungsi sebagai pintu gerbang ke Samudra Hindia, menjadikannya penting bagi keamanan regional dan kepentingan ekonomi.

BACA JUGA:Mengatasi Defisit Akhlak Anak dengan Tradisi Bertutur

Lokasinya yang dekat dengan Selat Malaka, yaitu salah satu rute perdagangan maritim tersibuk di dunia, membuat Pulau St. Martin memiliki nilai strategis yang signifikan. Oleh karena itu, dengan keberadaan pangkalan militer di pulau itu akan memberi kemampuan pengawasan di Teluk Benggala yang tak tertandingi, termasuk pengawasan investasi dan kegiatan Tiongkok di wilayah sekitar Selat Malaka.

Pergantian rezim yang telah terjadi di Bangladesh ditandai mundurnya pemerintahan yang secara konstitusional berkuasa. Ini menjadi pengingat bahwa apabila tidak didukung legitimasi yang kuat maka penggulingan melalui aksi massa menjadi suatu keniscayaan.

Pemicu massa bisa bermacam-macam seperti krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 ataupun mungkin masalah yang menurut kita tidak terlalu signifikan sebagaimana masalah kuota rekrutmen yang terjadi di Bangladesh.

Pemerintah yang stabil memerlukan apa yang disebut Gaetano Mosca (1939) sebagai “respect” (penghormatan) terhadap segala kebijakannya untuk bisa dijalankan oleh sebagian besar masyarakatnya. Dalam situasi ini masyarakat Bangladesh benar-benar menuntut perbaikan kesejahteraan melalui penerimaan pegawai yang adil, lebih berdasarkan pada prestasi (merit system).

BACA JUGA:Dari Kemudi ke Cangkul, Menanam Harapan di Ladang Cabai

Kondisi legitimasi yang lemah lalu dimanfaatkan oleh negara adidaya untuk dapat menggunakan pulau Saint Martin yang memiliki posisi strategis dalam menempatkan dan menyusun kekuatan militernya di kawasan Asia.

Adanya isu upaya pembangunan pangkalan militer AS bahkan isu pembentukan negara kecil di pulau Saint Martin yang merupakan bagian dari wilayah Bangladesh dan Myanmar, tentunya sangat memberikan tantangan yang besar bagi kawasan Asia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan