Mengatasi Konflik dengan Kebijakan Ekonomi

Ilustrasi. Kemudahan fiskal dan prosedural bagi pelaku usaha berinvestasi terbukti menyokong geliat ekonomi masyarakat dan mengurangi konflik sosial--ANTARA

Di Indonesia, peningkatan penerimaan pajak dapat berkontribusi pada penguatan kapasitas negara dalam menyediakan layanan publik dan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah rentan konflik.

Sebagai contoh, pada 2022, penerimaan pajak Indonesia mencapai Rp2.034 triliun, namun rasio pajak terhadap PDB masih rendah, yaitu sekitar 9,1%, lebih kecil dibandingkan rata-rata negara berkembang yang berkisar 15–20%. Dengan meningkatkan efisiensi pajak dan memperkuat anggaran pembangunan, pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketimpangan yang menjadi pemicu ketegangan sosial.

BACA JUGA:Efek Sihir TikTok, Siapa Saja Bisa Jadi Selebriti?

Kedua, pasar tenaga kerja yang resilien untuk mengurangi ketegangan sosial sangat diperlukan. Hubungan antara pengangguran dan konflik telah banyak dibahas dalam literatur ekonomi. Ketika tingkat pengangguran tinggi, terutama di kalangan pemuda, risiko kekerasan dan ketidakstabilan meningkat. Studi menunjukkan bahwa peningkatan 1% dalam tingkat pengangguran dapat meningkatkan kemungkinan konflik sebesar 5%.

Di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada 2023 mencapai 5,32%, dengan jumlah pengangguran sekitar 7,86 juta orang. Wilayah dengan tingkat pengangguran tinggi seperti Papua dan Maluku sering kali menghadapi risiko ketegangan sosial yang lebih besar.

Oleh karena itu, kebijakan yang mendorong penciptaan lapangan kerja, seperti investasi di sektor padat karya, pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta program pelatihan vokasi dapat membantu mengurangi risiko konflik.

Program Kartu Prakerja yang telah menjangkau 17,2 juta penerima manfaat sejak 2020 adalah contoh kebijakan yang dapat diperluas untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Selain itu, peningkatan akses terhadap modal usaha bagi masyarakat di daerah konflik dapat memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial.

Ketiga, keterlibatan internasional untuk meningkatkan kapasitas negara diperlukan untuk memperoleh dukungan keuangan dan teknis dari lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia dapat membantu negara-negara yang rentan terhadap konflik untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Penelitian IMF menunjukkan bahwa bantuan keuangan dari IMF dikaitkan dengan penurunan kemungkinan kekerasan sebesar 1,5–4 persen.

BACA JUGA:Refleksi 23 Tahun Pokja Wartawan Belitung: Peran Strategis Jurnalis di Era Informasi

Indonesia telah menerima berbagai bentuk bantuan internasional untuk mendukung stabilitas ekonomi dan pembangunan di daerah rentan konflik. Contohnya, proyek "Papua Resilience" yang didanai oleh Bank Dunia bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap layanan dasar dan peluang ekonomi bagi masyarakat di Papua.

Selain itu, pendanaan dari Asian Development Bank (ADB) untuk proyek infrastruktur di Indonesia bagian timur telah membantu mengurangi kesenjangan pembangunan yang sering menjadi akar konflik.

Implikasi Kebijakan

Berdasarkan temuan di atas, terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diterapkan di Indonesia untuk mencegah konflik melalui kebijakan makroekonomi.

Pertama, reformasi pajak dan peningkatan anggaran pembangunan diperlukan untuk meningkatkan rasio pajak terhadap PDB melalui perluasan basis pajak, peningkatan kepatuhan pajak, dan pengurangan kebocoran pajak. Perlu untuk mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan di daerah rawan konflik.

BACA JUGA:Ramadhan Mewujudkan Ekonomi Madani di Indonesia

Kedua, penguatan pasar tenaga kerja dan pemberdayaan ekonomi lokal dapat dilakukan dengan mengembangkan program pelatihan kerja berbasis industri di daerah dengan tingkat pengangguran tinggi, memberikan insentif investasi bagi sektor usaha yang menciptakan lapangan kerja di daerah rentan konflik dan memperkuat peran UMKM dalam pembangunan ekonomi lokal melalui akses modal yang lebih luas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan