Paradoks Efisiensi Anggaran di Era Kabinet Merah Putih

Menteri dan kepala lembaga badan tinggi negara menjalani pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024)-Sigid Kurniawan/foc-ANTARA FOTO

Pemerintahan adalah seni mengelola ketidaksempurnaan. Dalam setiap keputusan, ada dilema yang tak terelakkan, ada pula persimpangan yang memaksa seorang pemimpin untuk memilih antara idealisme dan pragmatisme.

Pemerintahan Prabowo Subianto, yang membawa janji perubahan dengan gaya kepemimpinan yang tegas, menghadapi tantangan serupa.

Di satu sisi, ia menerapkan kebijakan efisiensi anggaran yang bertujuan merampingkan belanja negara, mengurangi pemborosan, dan memperkuat fondasi fiskal.

Namun, di sisi lain, ia membentuk kabinet dengan jumlah menteri yang lebih besar dari pemerintahan sebelumnya, sebuah langkah yang menimbulkan pertanyaan terkait efisiensi. Memancing tanda tanya besar tentang apakah kebijakan ini konsisten dengan semangat efisiensi yang dicanangkan?

BACA JUGA:Infrastruktur Jaringan Gas & Reformasi Subsidi Energi

Dalam dunia ekonomi, efisiensi sering dipandang sebagai cerminan dari pemerintahan yang sehat. Anggaran yang dirancang dengan cermat mencerminkan ketelitian dan tanggung jawab fiskal, menghindari pemborosan, dan memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Presiden Prabowo, dengan pendekatan yang mengedepankan efisiensi anggaran, tampaknya ingin menunjukkan komitmennya untuk mengelola keuangan negara dengan hati-hati, terutama dalam konteks global yang penuh ketidakpastian pasca-pandemi, krisis energi, dan ketegangan geopolitik yang masih membayangi.

Namun, di balik langkah efisiensi itu, formasi kabinet yang gemuk menjadi anomali yang sulit diabaikan.

Pada 21 Oktober 2024, Presiden Prabowo mengumumkan pembentukan Kabinet Merah Putih yang terdiri atas 48 menteri, 5 kepala badan, dan 59 wakil menteri, sehingga totalnya mencapai 112 pejabat. Ini menjadikannya salah satu kabinet terbesar dalam sejarah Indonesia.

BACA JUGA:'Entrepreneurial Spirit' dan Demokrasi Ekonomi

Struktur kabinet yang besar ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang bagaimana efisiensi anggaran bisa tercapai jika struktur birokrasi justru diperluas.

Di sisi lain, Prabowo menerapkan kebijakan efisiensi anggaran dengan target penghematan sekitar Rp306,7 triliun.

Langkah-langkah efisiensi ini mencakup pemangkasan anggaran perjalanan dinas, pengurangan penggunaan alat tulis kantor hingga 90 persen, dan pembatalan program-program yang dianggap tidak esensial.

Pemangkasan Anggaran

Salah satu kementerian yang terdampak signifikan atas kebijakan efisiensi adalah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang anggarannya dipangkas sebesar Rp8 triliun.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan